King Faisal, Raja Arab yang Membela Palestina dan Ditakuti Pemimpin Barat

Oleh: Azzam Mujahid Izzulhaq
Founder AMI Foundation

LANGKATODAY.comRaja Faisal bin Abdulaziz Al Saud memutuskan untuk melakukan embargo minyak terhadap Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Belanda dan Jepang. Negara-negara yg diembargo ini adalah negara-negara yg mendukung Zionis Israel pada perang Yom Kippur tahun 1973.

Keputusan ini pun diikuti oleh negara-negara produsen minyak yg lainnya karena pada saat itu, Raja Faisal juga adalah ketua Organization of Arab Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Tak ayal, embargo ini mengakibatkan krisis energi dan krisis ekonomi di negara-negara yg mengalami pembatasan pasokan minyak. Di Amerika Serikat, harga minyak naik 3 kali lipatnya dan stoknya pun sangat sedikit. Sektor industri dan manufaktur terganggu. Sektor-sektor lainnya pun demikian juga.

Hal tersebut tentunya berimbas pada kenaikan komoditas lainnya. Krisis ekonomi pun melanda. Barat pun mengiba.

“Kalianlah yg tak bisa hidup tanpa minyak. Asal kalian tahu, kami berasal dari gurun pasir. Dan nenek moyang kami hidup dengan kurma dan susu. Dengan mudahnya kami bisa hidup seperti itu lagi,” kata Raja Faisal kepada Henry Kissinger, Menteri Luar Negeri AS.

Amerika Serikat kemudian mengadakan perundingan untuk pelepasan militer Israel. Dan, Maret 1974 embargo minyak pun dicabut.

Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud dengan ‘senyum’-nya yg khas saat menerima Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger.

Keberanian Faisal bin Abdulaziz Al Saud bukan saat itu saja. Saat ia masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, tahun 1947 di Sidang Umum PBB, beliau menyampaikan secara terbuka dukungannya terhadap Palestina dan tidak mengakui Zionis Israel:

“Namun kini, bangsa Arab mengharapkan penarikan agresi kelompok minoritas politik, yakni Zionis. Kelompok tersebut adalah sebuah kelompok yg tidak mewakili orang-orang Yahudi di dunia.

Kelompok tersebut adalah kelompok politis, bukan agamis. Sebuah kelompok yg cara dan metodenya tak berbeda sama sekali dari Nazi.”

3 tahun setelah ia menggantikan Raja Saud bin Abdulaziz menjadi Raja Kerajaan Arab Saudi, pada tahun 1967 Raja Faisal mengirimkan 20.000 orang pasukannya ke Palestina untuk membantu peejuangan kemerdekaan Palestina pada Perang Enam Hari.

Sikapnya yg tetap konsisten membela Palestina bahkan jauh sebelum menjadi Raja menjadikannya dijuluki sebagai Advokat Internasional untuk Hak Palestina.

Qaddarullah, pada tanggal 25 Maret 1975 beliau wafat dibunuh keponakannya sendiri: Pangeran Faisal bin Musaid bin Abdulaziz Al Saud yang baru saja kembali dari ‘studi’-nya di Amerika Serikat.

Ia ditembak di kepalanya pada sebuah acara di mana beliau menyambut para keponakannya yg datang ke istana.

Wafatnya Sang Pembela Palestina ini pun banyak mengubah kebijakan luar negeri banyak negara-negara di jazirah Arab sana hingga sekarang.

Sampai jumpa satu saat nanti duhai pejuang. Lahul Fatihah…

Bacaan Lainnya: