Bebaskan Al Aqsha di Kepalamu

Oleh Edgar Hamas
Founder Gen Saladin

Di tengah narasi yang saling bertempur riuh tentang Palestina, banyaklah kita sebutkan lagi doa ini, “Allahumma arinal haqqa haqqa, warzuqna ittiba’ahu…”

“Ya Allah, tunjukkanlah pada kami bahwa yang benar adalah benar, dan anugerahi kami kemampuan untuk mengikutinya.”

Sedih rasanya, ada seorang khatib yang mengatakan bahwa Palestina biarlah urusan Palestina karena ini hanyalah masalah politik semata.

Kecewa rasanya, ketika mendengar seorang yang punya kapasitas untuk cerdaskan umat, tapi ia berkata bahwa Zi*n15 berhak duduki Gaza.

Saya kernyitkan dahi, ketika beberapa akun-akun dakwah mengatakan Qubbatus Shakhrah itu buatan yahudi. Yang lain lagi mengatakan bahwa pejuang Palestina itu buatan zi*n15.

Sementara itu, musuh begitu leluasa membunuhi 7000+ saudara kita, dan dunia Islam malah sibuk berdebat.

Ada orang yang tahu mana kebenaran, tapi ia gagap menyampaikan. Ada yang merasa mengikuti kebenaran, ternyata yang ia yakini salah fatal.

Pemandangan itu masih terjadi hari ini. Pantaslah seorang guru pernah berkata, “Al Aqsha dijajah dulu secara pemikiran sebelum militer.”

Kita tidak bergerak karena kita ragu-ragu dan tanpa ilmu. Keraguan itu bukannya membuat kita belajar dan mencari ilmu, malah pasrah dan merasa nyaman dalam dekapan kejahilan.

“Al Aqsha dijajah dulu secara pemikiran sebelum militer, maka untuk membebaskannya: ilmuilah!”

Agar kita tahu bahwa Palestina adalah negeri Anbiya, latar pejuang dari berbagai zaman yang berpusat di Al Aqsha, hingga Ibnu Umar berkata, “ia dibangun oleh para nabi, dijadikan tempat mukimnya para nabi.” (Mu’jamul Buldan)

Bukan sekedar masalah politik lokal dan rebutan tanah.

Agar kita tahu bahwa Allah menyebut Al Aqsha digandengkan dengan Masjidil Haram dalam bentangan Al Qur’an yang mulia.

Agar kita tahu bahwa bahkan sebelum wafatnya, Rasul perintahkan ribuan sahabat untuk berangkat menuju Syam demi membebaskan tanah Isra Mi’raj nan bersahaja!

Dan agar kita tahu bahwa jalan membebaskan Al Aqsha adalah visi sang Abu Bakr, kecintaan Al Faruq dan jalan kesatrianya Khalid. Nama-nama itu, adalah bintang generasi terbaik yang tinggalnya di Madinah.

Namun, dari Madinah mereka membelah jarak agar melihat Al Aqsha merdeka!

Informasi dan kerjasama bisa dikirim via e-mail: [email protected]

Rekomendasi untuk Anda:
%d blogger menyukai ini: