Sejumlah Orang yang Usut Dugaan Kecurangan PPPK Langkat Diperiksa Polda Sumut

Foto: Kabid Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi (Datuk Haris/detikSumut)

LANGKATODAY.COMPolda Sumut tengah mengusut soal dugaan kecurangan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2023 di Kabupaten Langkat. Saat ini, sudah ada sejumlah orang yang diperiksa penyidik.

“Sudah ada beberapa yang dimintai keterangan,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi, Selasa (30/1/2024).

Hadi belum memerinci orang-orang yang diperiksa soal kasus itu. Dia mengatakan yang diperiksa itu adalah pihak-pihak yang mengetahui soal seleksi tersebut.

“Yang jelas orang-orang yang mengetahui peristiwanya itu sudah kita minta keterangan, sudah kita undang juga. Tunggu proses berjalan,” sebutnya.

Sebelumnya diberitakan, Polda Sumut melakukan penyelidikan soal dugaan kecurangan seleksi PPPK Langkat. Penyelidikan itu dilakukan usai adanya aduan masyarakat.

“Dalam proses penyelidikan Polda Sumut. Dari Dumas,” kata Hadi, Kamis (25/1).

Untuk diketahui, puluhan guru peserta seleksi PPPK 2023 di Kabupaten Langkat sempat menggelar aksi di Polda Sumut. Mereka meminta dugaan kecurangan seleksi PPPK segera diusut.

“Hari ini LBH Medan, KontraS serta guru menyampaikan aspirasinya untuk minta penegakan hukum dan keadilan di Polda Sumut terkait dengan adanya kecurangan PPPK di Kabupaten Langkat dan dugaan tindak pidana korupsi dalam seleksi PPPK 2023,” kata Direktur LBH Medan Irvan Saputra selaku pendamping hukum para guru, Rabu (24/1).

Koordinator KontraS Sumut Rahmat Muhammad mengatakan ada sekitar 203 peserta PPPK yang diduga menjadi korban kecurangan itu. Pihaknya mengidentifikasi ada tiga bentuk kecurangan yang terjadi dalam proses seleksi PPPK itu.

Pertama, maladministrasi. Rahmat mengaku kesepakatan soal Seleksi Kompetensi Teknis Tambahan (SKTT) yang awalnya disampaikan tidak sesuai.

“Jadi, dia dari proses seleksi itu tidak sesuai dengan pengumuman awal yang mereka sampaikan di awal itu tidak ada SKTT. Lalu, kemudian ada masuk sistem SKTT, itu kami anggap ada maladministrasi di situ,” kata Rahmat.

“Kemudian, indikasi suap itu kita dapatkan beberapa bukti laporan yang kita dengar bukan hanya dari satu pihak tapi juga dapatkan bentuk screenshoot adanya penerimaan atau pengembalian uang sebesar hampir Rp 80 juta. Yang ketiga adalah KKN, ada mekanisme orang dalam untuk meloloskan orang tertentu,” sambungnya. (rel/dtk)

Bacaan Lainnya: