9 Update Terkini Gaza, Korban Tewas 16 Ribu-AS Sanksi Israel

Foto: Potret terkini Gaza Rabu, 6 Desember (REUTERS/ATHIT PERAWONGMETHA)

LANGKATODAY.com – Hingga kini militer Israel masih memperluas serangan daratnya di Gaza. Dalam laporan terbaru, tank tentara Israel kini bergerak menuju pusat kota Khan Younis setelah malam penembakan artileri tanpa henti dan bentrokan di sekitar Gaza.

Selain di Gaza, pasukan Israel juga bergerak di Tepi Barat (West Bank) yang diduduki. Di sana pasukan Zionis dilaporkan menangkap lebih banyak warga Palestina dalam beberapa penggerebekan.

Pelapor khusus PBB mengatakan “pembantaian warga sipil harus dihentikan” ketika rumah sakit di Gaza berjuang untuk mengatasi lonjakan jumlah warga Palestina yang membutuhkan perawatan darurat. Amerika Serikat (AS) pun dilaporkan memberi sanksi ke Israel.

Berikut update situasi Gaza terbaru seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Rabu (6/12/2023).

1. Korban Tewas Gaza Tembus 16 Ribu

Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), seperti dikutip Al Jazeera, mencatat setidaknya ada 16.248 korban tewas. Angka ini termasuk 7.112 anak-anak dan 4.885 wanita per Rabu.

Terdapat 43.616 orang, termasuk 8.663 anak-anak dan 6.327 perempuan, sementara 7.600 warga juga dilaporkan hilang di Gaza. Di Tepi Barat, tercatat 262 orang tewas, termasuk 63 anak-anak dan lebih dari 3.365 dilaporkan luka-luka.

Korban di Israel masih sama dan tidak bertambah. Bahkan pada 10 November, para pejabat merevisi jumlah korban tewas dari 1.405 menjadi sekitar 1.200 orang dengan 5.600 orang luka.

Setidaknya total 63 jurnalis telah terbunuh sejak perang Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober. Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), sebanyak 56 jurnalis Palestina, empat jurnalis Israel dan tiga jurnalis Lebanon telah terbunuh.

2. Pertempuran Sengit di Khan Younis

Laporan jurnalis Al Jazeera menyebut militer Israel bersiap menghadapi pertempuran sengit selama berhari-hari di Khan Younis. Wilayah ini dipandangnya sebagai benteng utama Hamas di mana banyak pemimpin kelompok tersebut ditempatkan.

“Namun, militer Israel harus bergerak hati-hati di sana karena mereka yakin banyak tawanan juga mungkin berada di sana,” kata jurnalis tersebut, melaporkan dari Yerusalem Timur yang diduduki.

“Itu semua adalah bagian dari rencana untuk memindahkan operasi lebih jauh ke selatan,” katanya.

“Kami kemungkinan akan melihat operasi intensif (militer Israel) akan diperpanjang empat atau lima minggu hingga pertengahan Januari,” tambah laporan iyu memprediksi beberapa hari ke depan bisa jadi akan terjadi pertempuran terberat dalam perang dua bulan tersebut.

3. Israel Serang di Tepi Barat

Serangan Israel tak hanya ke Gaza tapi juga ke Tepi Barat. Pasukan Israel dilaporkan menggerebek kamp pengungsi Balata di kota Nablus, di wilayah yang diduduki itu. Akibatnya empat orang terluka, satu dalam kondisi kritis, dalam serangan Israel tersebut.

Direktur Pusat Ambulans dan Darurat Bulan Sabit Merah di Nablus, Ahmed Jibril, mengatakan seorang pria berada dalam kondisi serius setelah ditembak di kepala. Tiga pria lainnya telah tertembak di bagian tubuh yang berbeda namun dalam keadaan stabil.

Sumber lokal mengatakan pasukan Israel menangkap seorang warga Palestina, Ali Odeh, sebelum mundur dari kamp Balata. Belum diketahui jelas dari artikel apakah Odeh termasuk kelompok Hamas atau bukan.

4. Militer Israel Sebut Serang 250 Sasaran Gaza Sehari

Israel mengaku telah menyerang 250 sasaran di Gaza dalam sehari. Menurut sebuah postingan di X, ini sesuai dengan arahan bahwa personel militer Israel ditugaskan untuk menemukan dan menghancurkan senjata, terowongan bawah tanah dan bahan peledak Hamas.

5. Gaza Jadi Tempat Paling Berbahaya Dunia

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa situasi di Gaza “semakin buruk setiap menitnya”. UNRWA mengatakan orang-orang yang melarikan diri dari serangan Israel tidak punya tempat aman untuk berlindung karena semua tempat penampungan sudah melebihi kapasitas.

“Gelombang pengungsian lainnya sedang terjadi di Gaza,” kata UNRWA dalam sebuah postingan di X. “Gaza salah satu tempat paling berbahaya di dunia.”

“Tidak ada tempat untuk berlindung karena tempat penampungan, termasuk milik UNRWA, sudah meluap,” ujarnya lagi.

6. Biden Didesak Buat Gencatan Senjata Permanen

Presiden AS Joe Biden kembali menerima protes warga. Sekelompok pekerja magang di Gedung Putih memberikan tekanan internal kepadanya untuk menyerukan gencatan senjata permanen.

“Kami, para pemagang Gedung Putih dan Kantor Eksekutif Presiden musim gugur 2023 yang bertanda tangan di bawah ini, tidak akan lagi tinggal diam atas genosida yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina,” tulis para pemagang tersebut dalam sebuah surat yang dibagikan kepada NBC News, yang ditujukan kepada Biden dan Wakil Presiden Kamala Haris.

“Kami memperhatikan suara rakyat Amerika dan menyerukan kepada pemerintah untuk menuntut gencatan senjata permanen,” tulis surat tersebut, yang ditandatangani oleh lebih dari 40 pekerja magang.

“Kami bukanlah pengambil keputusan saat ini, namun kami bercita-cita menjadi pemimpin masa depan, dan kami tidak akan pernah melupakan bagaimana permohonan rakyat Amerika didengarkan dan, sejauh ini, diabaikan,” jelasnya.

Ini bukan yang pertama. Bulan lalu, lebih dari 500 pejabat AS juga mengirimkan surat serupa kepada Biden.

7. AS Sanksi Israel

AS mengumumkan akan memberi sanksi ke warga Israel. Ini terkait pemberlakuan pembatasan visa bagi mereka yang merusak perdamaian, keamanan dan stabilitas di Tepi Barat.

Larangan yang berlaku mulai berlaku 5 Desember 2023. Ini setelah AS beberapa kali meminta Israel untuk bertindak lebih jauh dalam mencegah kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Yahudi.

“Hari ini, Departemen Luar Negeri sedang menerapkan kebijakan pembatasan visa baru yang menargetkan individu-individu yang diyakini terlibat dalam merusak perdamaian, keamanan, atau stabilitas di Tepi Barat,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken secara resmi.

Sanksi pembatasan visa juga akan berlaku bagi mereka yang membatasi akses warga sipil terhadap pelayanan penting dan kebutuhan dasar. Menurut pernyataannya, anggota keluarga dekat dari orang-orang tersebut juga dapat dikenakan pembatasan ini.

Serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat meningkat dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan perluasan pemukiman Yahudi. Kekerasan makin tinggi pasca perang yang terjadi antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza, 7 Oktober.

Sementara itu, kepala misi Palestina di Inggris, Husam Zomlot, meminta lebih banyak hukuman ke Israel. Termasuk negara yang mensponsori dan mendukung pelaku kekerasan di Palestina.

“Hukum internasional jelas: tidak ada pemukim yang baik atau buruk; pemukiman secara jelas didefinisikan sebagai kejahatan perang. Mereka semua,” katanya di media sosial X.

Belum ada komentar Israel soal ini. Sayang sanksi tak menyebut Gaza.

8. Erdogan Kecam Rencana Netanyahu di Gaza Setelah Perang

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam rencana Israel untuk menciptakan “zona penyangga demiliterisasi” di Gaza. Ia mengatakan bahwa membahas gagasan semacam itu “tidak menghormati rakyat Palestina”.

Berbicara kepada wartawan pada hari Rabu, Recep Tayyip Erdogan juga menegaskan bahwa masa depan Gaza harus berada di tangan Palestina. Ia membela Hamas sebagai kekuatan perlawanan yang sah.

Dia memperingatkan Israel agar tidak memburu anggota Hamas di wilayah Turki. Ia juga mengancam Israel akan “membayar harga yang mahal” jika melakukan hal tersebut.

Erdogan telah menjadi salah satu kritikus Israel yang paling gigih sejak pecahnya perang Gaza. Ini membawa hubungan Israel-Turki ke titik terendah dalam beberapa tahun.

Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkap rencananya di Gaza, Palestina, setelah perang selesai. Ia mengatakan akan membuat Gaza menjadi zona demiliterisasi.

Menurutnya, Israel akan melakukan penghapusan total pada kemampuan militer dan politik Hamas. Ini untuk memastikan bahwa Negeri Zionis itu tidak akan merasakan ancaman apapun di masa depan dari Jalur Gaza.

“Setelah perang usai, militer Israel akan berupaya menciptakan zona demiliterisasi di Jalur Gaza,” katanya dikutip Al-Jazeera.

“Satu-satunya kekuatan yang dapat melakukan hal ini adalah Israel dan bahwa dia tidak mempercayai kekuatan atau upaya internasional apa pun untuk demiliterisasi Jalur Gaza,” tambahnya.

9. Taktik Canggih Hamas Lawan Israel

Hamas dilaporkan menggunakan taktik “yang semakin canggih” untuk melawan Israel yang mulai menyerbu wilayah Gaza selatan. Hal ini diutarakan Institute for the Study of War (ISW), sebuah wadah pemikir asal Amerika Serikat (AS).

“Pejuang milisi Palestina terus menggunakan taktik yang lebih canggih untuk menargetkan pasukan Israel di seluruh Jalur Gaza pada tanggal 5 Desember,” tulis lembaga itu dalam situsnya.

“Hal ini konsisten dengan perubahan taktis yang diamati CTP (Certified Treasury Professional)-ISW sejak berakhirnya jeda kemanusiaan (gencatan senjata sementara),” tambahnya.

Saat Israel mulai melebarkan serangannya, kelompok Palestina itu dikatakan memiliki senjata yang lebih maju, termasuk drone peledak dan anti tank. Mereka, ujar ISW, telah belajar banyak dari sebulan terakhir pertempuran di Gaza Utara.

Salah satu perubahan yang paling menonjol adalah peningkatan penggunaan eksplosif penetrator (EFP). Ini adalah bahan peledak proyektil yang dirancang untuk menembus lapis baja, bahkan ketika ditembakkan dari jarak jauh.

Senjata-senjata tersebut awalnya hanya digunakan dua kali pada bulan Oktober dan November. Tapi kini telah dikerahkan lima kali sejak 1 Desember.

“Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qaseem misalnya, mengklaim bahwa para pejuangnya meledakkan alat peledak rakitan (HBIED) yang menargetkan pasukan Israel di timur Khan Younis. HBIED bahkan merobohkan gedung tersebut,” bunyi laporan itu lagi.

“Kelompok tersebut mengklaim bahwa mereka meledakkan beberapa ranjau anti-personil jenis claymore dalam penyergapan di timur Khan Younis pada tanggal 5 Desember, Brigade al Qassem juga menargetkan tank Israel dengan EFP di utara Khan Younis pada tanggal 4 Desember,” tambahnya.

Menurut pakar keamanan di Global Studies Institute di Universitas Jenewa, Alexandre Vautravers, EFP yang digunakan Hamas saat ini, mungkin adalah yang paling umum. Namun peluncurannya bisa menimbulkan dampak mematikan biasanya dalam radius 10-40 meter.

“Rincian dalam laporan ISW tidak merinci jenis EFP yang digunakan oleh Hamas. Namun mengindikasikan bahwa jenis tersebut lebih cenderung merupakan jenis kedua atau ketiga yang biasa digunakan sebagai amunisi anti-tank,” jelasnya, dikutip France 24.

“Keduanya memiliki proyektil berbentuk khusus yang mampu menembus baju besi atau benteng yang sangat tebal”, kata Vautravers lagi.

Sebenarnya, Israel memiliki sistem pertahanan Trophy untuk mencegat proyektil sebelum mengenai kendaraan lapis baja. Namun EFP yang lebih modern yang digunakan Hamas diyakini memiliki kecepatan hipersonik.

“Ini membuat mereka mampu menembus lapis baja tanpa dicegat oleh Trophy atau sistem serupa”, kata Vautravers.

Dalam laman yang sama, ISW juga menyebut Hamas kini melakukan “penahanan yang disengaja”. Hamas dan milisi Palestina lainnya telah beralih dari melakukan “operasi yang tertunda menjadi melakukan pertahanan yang disengaja”.

“Operasi di utara bertujuan untuk memperlambat kemajuan Israel, memberikan waktu bagi Hamas untuk memindahkan para pemimpin dan perlengkapan militernya dari jalur Gaza utara ke bagian selatan jalur tersebut”, tambah laporan.

“Kini setelah medan pertempuran berpindah ke selatan, pergeseran taktik menunjukkan bahwa Hamas dan milisi Palestina bersiap untuk berkomitmen secara tegas dalam mempertahankan diri dari operasi darat Israel,” tulis ISW.

Bacaan Lainnya: