PSMS Pertanyakan Kebijakan Kehadiran Suporter Tamu

Langkatoday.com – Manajemen PSMS Medan melayangkan surat kepada PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) soal kebijakan pembatasan kehadiran suporter tim tamu di stadion pada setiap pertandingan termasuk Liga 2 Indonesia mulai September nanti.

Surat tersebut berisi permintaan manajemen PSMS agar PT LIB meninjau ulang keputusan yang tertuang dalam surat no: 467/LIB-COR/VIII/2023 yang terbit 28 Agustus 2023. Pada point f di surat tersebut, tercantum penegasan seluruh pertandingan Liga 2 musim 2023/2024 digelar tanpa suporter tim tamu.

Diketahui, kebijakan larangan kehadiran suporter tim tamu di Liga 1 dan 2 sendiri dilakukan pasca-Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 serta juga hasil kesepakatan antara PSSI dan FIFA.

Direktur Teknik PT Kinantan Medan Indonesia selaku pengelola PSMS, Andry Mahyar Matondang, mengatakan sejauh ini tidak ada kerusuhan antara suporter pendukung tim Liga 2 di Sumatera.

“Jadi kami kirimkan surat permohonan peninjauan ulang keputusan PT Liga dan PSSI terkait dengan tidak boleh hadirnya suporter tim tamu di laga Liga 2,” ujar Andry, Minggu (27/8).

Sejumlah alasan yang logis juga dituangkan dalam permohonan peninjauan keputusan penyelenggara liga sepakbola profesional di Indonesia itu. Apalagi, PSMS bersama Sada Sumut FC dan PSDS Deliserdang berada di naungan Polda Sumatera Utara.

“Tidak ada historis antara suporter PSMS misalnya dengan PSPS atau klub lainnya di Grup A muncul permusuhan. Relatif aman kalau seandainya diberikan izin suporter kita hadir mendukung tim kesayangannya pada setiap laga Liga 2,” ucapnya.

Andry Mahyar mengatakan, pihaknya telah mengirimkan surat kepada PT LIB pada 23 Agustus 2023. Selain surat ke PT LIB, Andry juga telah menyampaikan langsung kepada Dirut PT LIB Ferry Paulus melalui WhatsApp terkait permohonan itu.

Ketua Umum SMeCK Hooligan, Lauren, menilai keputusan PT LIB tidak mengizinkan suporter tim tamu datang ke stadion mendukung timnya kurang tepat. Menurutnya, pembatasan 25 orang suporter tim tamu datang ke stadion malah berpeluang menimbulkan benih-benih kericuhan.

“Ini jadi rancu, semua tim punya basis suporter masing-masing. Kalau suporter datang ke stadion dengan atribut suporter, kami bisa memberi imbauan tidak berbuat onar. Tapi kalau pakai pakaian biasa, di situ biasanya awal masalah timbul,” kata Lauren. (lkt/wol)

Bacaan Lainnya: