LANGKATODAY.com – Dokter Lintas Batas (MSF) pada Jumat malam menyampaikan “keprihatinan mendalam” mengenai situasi di Gaza dan mengatakan mereka kehilangan kontak dengan beberapa rekan Palestina di lapangan akibat serangan bombardir Israel yang intensif.
“Kami sangat khawatir terhadap pasien, staf medis dan ribuan keluarga yang berlindung di rumah sakit Al Shifa dan fasilitas kesehatan lainnya,” tulis MSF di platform X.
“Kami menyerukan perlindungan tegas terhadap semua fasilitas medis, staf dan warga sipil di seluruh Jalur Gaza,” tambah NGO itu.
Layanan komunikasi dan internet di Jalur Gaza terputus total pada Jumat malam di tengah pemboman besar-besaran tentara Israel terhadap jalur pasokan, menara dan jaringan, kata Perusahaan Telekomunikasi Palestina.
Ooredoo Palestine, operator jaringan seluler di Tepi Barat, mengatakan layanan telepon selulernya terputus sepenuhnya dari Jalur Gaza pada Jumat malam.
Konflik di Gaza dimulai pada 7 Oktober ketika kelompok Palestina Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa – sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi melalui darat, laut dan udara ke Israel.
Kelompok perlawanan Palestina mengatakan serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan pemboman tanpa henti terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza telah kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, dan konvoi bantuan yang baru-baru ini diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan masyarakat di sana.
Hampir 8.800 orang tewas dalam konflik tersebut, termasuk setidaknya 7.326 warga Palestina dan 1.400 lainnya adalah warga Israel.
Tujuh puluh persen kematian di Gaza adalah perempuan dan anak-anak, menurut angka resmi dari otoritas kesehatan.