Scroll untuk baca artikel
Langkatoday.com
langkatoday.com
Ekonomi

Hutan Mangrove Dijadikan Kebun Sawit di Langkat, Ini Kata Ekonom

Avatar photo
×

Hutan Mangrove Dijadikan Kebun Sawit di Langkat, Ini Kata Ekonom

Sebarkan artikel ini
Gunawan Benjamin - Pengamat Ekonomi UISU Medan

Ikuti kami di Google News dan WhatsApp Channel

Gunawan Benjamin – Pengamat Ekonomi UISU Medan

Langkatoday.com, Stabat – Perusakan hutan mangrove atau bakau yang diduga akan dialih fungsikan menjadi kebun sawit di Desa Kwala Langkat, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Hutan bakau dirusak, bagaimana dengan makhluk hidup di sekitarnya? Presiden Joko Widodo pun mengintruksikan seluruh pihak untuk menjaga dan merawat hutan mangrove yang ada di seluruh Tanah Air.

Scroll untuk Baca Artikel
sejasa.net
Scroll untuk Baca Artikel

Ekonom dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin mengatakan alih fungsi lahan dari hutan bakau menjadi perkebunan sawit secara ekonomis memang seperti terlihat lebih menguntungkan menanam sawit.

“Namun peruntukan hutan bakau lebih menguntungkan bagi ekosistem disekitarnya. Karena mangrove memiliki peran menjaga kelestarian lingkungan apalagi di wilayah yang berdekatan dengan pantai,” kata Benjamin di Medan, Rabu (8/05/2024) lalu.

Kehadiran hutan mangrove ini, ujarnya, menjaga masyarakat sekitar dari potensi bencana yang akan terjadi. Sehingga peruntukannya memang semestinya tetap dipertahankan sebagai bagian dari pengembangan ekonomi hijau.

“Untuk mendorong manfaat ekonomi yang besar, sebaiknya hutan mangrove dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata yang bisa menambah pemasukan bagi masyarakat sekitar,” ucap Benjamin.

Oleh karenanya, sambungnya, dibutuhkan upaya kreatif agar kehadiran hutan mangrove bukan hanya berfungsi menjaga ekosistem masyarakat sekitar. Tetapi mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang ada disekitarnya.

“Saya menduga alasan alih fungsi lahan yang terjadi karena faktor ekonomi, yang membuat dorongan untuk membuka lahan sawit karena dinilai lebih menjanjikan keuntungan finansial,” tambahnya.

Diungkapkan Benjamin, nilai ekonomis sawit memang sangat menggiurkan di wilayah Sumut. Dan bukan hanya dibandingkan dengan hutan mangrove saja bahkan untuk tanaman padi juga kerap terjadi alih fungsi lahan menjadi tanaman sawit.

“Fenomena belakangan ini menunjukan bahwa masyarakat cenderung bersikap pragmatis, dan cenderung mengabaikan bencana ekologis,” tegasnya.

Tetapi itu, lanjutnya, hanya masalah di Hilir. Jika mau tuntas maka akar masalah yang lain semestinya diselesaikan. Dari Hulu ke Hilirnya, seperti dari mana asal dorongan untuk menanam sawit tersebut.

“Kalau masalahnya adalah untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar dengan menanam sawit. Maka harus ada upaya dari setiap stakeholder untuk merumuskan kebijakan subtitusi sumber pendapatan, atau lahan yang dijadikan untuk mengembangkan tanaman sawit,” tandasnya. (rel/pr)

www.domainesia.com