Stabat, Langkatoday.com – Sekitar 950 warga terdampak banjir di Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, mengungsi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Langkat pada minggu pertama pascabanjir. Lokasi pengungsian ini dibuka atas inisiatif dan swadaya masyarakat, karena menjadi satu-satunya kawasan yang masih berupa daratan saat hampir seluruh wilayah Tanjung Pura terendam banjir.
Banjir besar melanda wilayah tersebut akibat curah hujan tinggi yang mengguyur Pulau Sumatra sejak akhir November hingga awal Desember. Sejumlah warga menyebut ketinggian air bahkan melebihi atap rumah, memaksa mereka menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
MAN 1 Langkat kemudian menjadi tempat perlindungan warga dari berbagai desa. Para pengungsi menempati ruang-ruang kelas dengan penerangan terbatas dan ketersediaan logistik yang belum stabil. Meski demikian, bantuan dari relawan terus berdatangan dan dapur umum telah didirikan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman para pengungsi.
Koordinator Pengungsian MAN 1 Langkat, Januar Nasution, mengatakan lokasi pengungsian dibuka berdasarkan kesepakatan antara masyarakat dan pihak madrasah, tanpa inisiatif awal dari pemerintah.
“Ini hasil kesepakatan dan inisiatif kami bersama pihak madrasah. Mereka merespons dengan rasa kemanusiaan dan mendukung kami,” ujar Januar seperti dilansir dari laman suarausu, Ahad (14/12).
Seiring waktu, bantuan dari pemerintah mulai diterima melalui kolaborasi pemerintah daerah, pemerintah kabupaten, dan jajaran terkait.
“Sudah ada Starlink untuk menghubungi keluarga, begitu juga akses air bersih,” jelasnya.
Namun, keterbatasan logistik masih menjadi persoalan utama. Bantuan yang datang dinilai belum mencukupi dan tidak rutin, sehingga pembagiannya harus dilakukan secara merata meski jumlahnya terbatas.
“Walaupun sedikit, tetap kami bagi rata. Dalam satu ruangan kadang ada sebelas kepala keluarga, jadi pembagiannya cukup sulit,” ungkap Januar.
Hal serupa disampaikan Fauziah, salah seorang pengungsi, yang menilai distribusi logistik di lokasi belum sepenuhnya merata.
“Pembagiannya tidak merata, banyak yang dibagikan saat sebagian masyarakat sedang pulang,” ujarnya.
Menurut data pengelola posko, jumlah pengungsi yang semula sekitar 900 orang kini berkurang menjadi sekitar 600 orang. Meski demikian, arus bantuan logistik masih terus mengalir ke lokasi pengungsian.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kondisi pengungsian di MAN 1 Langkat tergolong cukup layak, dengan keberadaan dapur umum, posko pelayanan terpadu, serta ruang kelas yang memadai. Namun, keterbatasan logistik tetap menjadi tantangan utama, terlebih mengingat lokasi pengungsian ini dibuka atas swadaya masyarakat, bukan inisiatif awal pemerintah.
.png)





