Scroll untuk baca artikel
Banner IDwebhost
Iklan
BeritaRegional

Plot Twist! Teriak Paling Histeris, Ternyata Dia Pembunuhnya

394
×

Plot Twist! Teriak Paling Histeris, Ternyata Dia Pembunuhnya

Sebarkan artikel ini
channel whastapp langkatoday

Jakarta, Langkatoday – Hancur hati ibu Dea Permata Kharisma, Yuli Ismawati (55).

Ia tak menyangka anaknya diduga dibunuh pembantunya, Ade Mulyana.

Padahal Ade lah yang pertama kali memberi tahu majikannya tewas.

Ade teriak paling histeris seolah-olah yang paling merasa kehilangan Dea.

Kasi Humas Polres Purwakarta AKP Enjang Sukandi mengatakan, polisi telah menangkap pelaku pembunuhan Dea Permata Kharisma dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kejadian.

‎”Jadi pelaku saat ini sudah diamankan oleh penyidik Polres Purwakarta, lagi dalam pemeriksaan,” kata Enjang seperti dikutip dari Tribunjabar, Rabu (13/8/2025).

Enjang mengatakan, pelakunya yakni asisten rumah tangga korban diamankan pihak kepolisian di lokasi kejadian.

‎”Pelakunya ada di situ, yang pembantunya itu. Engga sembunyi sebenarnya, dia ada di situ sebenarnya,” kata Enjang.

Meski demikian, ia mengatakan bahwa pihak kepolisian masih mendalami motif dari kasus tersebut, sehingga terdua pelaku masih menjalani sejumlah rangkaian pemeriksaan.

Yuli: Nyawa Dibayar Nyawa

Dea Permata Kharisma ditemukan tewas mengenaskan dengan banyak luka tusuk di rumahnya di Komplek Perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta pada Selasa siang (12/8/2025).

Jenazah Dea pertama kali ditemukan pembantunya.

Kepedihan Yuli Ismawati makin dalam setelah mengetahui siapa pembunuh putrinya tersebut.

Sosok yang diduga menjadi pembunuh justru adalah orang yang selama ini dianggap keluarga sendiri, Ade Mulyana (26).

Ade sendiri merupakan pembantu atau asisten rumah tangga dari korban yang pertama kali mengaku menemukan Dea tewas bersimbah darah.

Yuli mengungkapkan keterkejutannya saat mengetahui identitas terduga pelaku.

‎”Engga menyangka sama sekali. Kan ternyata dia itu orang yang selama ini dekat dengan anak saya. Bekerja ikut anak saya,” ujar Yuli dengan suara berat saat ditemui Tribunjabar di kediamannya, Perum POJ Sadang, Desa Cisereuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Rabu (13/8/2025).

Yang membuatnya semakin tidak percaya, Ade Mulyana sempat menunjukkan reaksi emosional yang kuat saat kejadian.

“Pada saat kejadian itu, justru yang paling histeris dia. Seolah-olah dia yang paling kehilangan,” ucap Yuli.

‎Menurut Yuli, selama ini Dea tidak pernah bercerita ada masalah dengan Ade.

Hubungan mereka pun tampak baik-baik saja.

‎”Engga ada masalah. Mungkin karena dianggap sudah seperti keluarga. Anakku itu orangnya baik, semua orang dianggapnya juga baik,” katanya.

‎Yuli merasa dikhianati. Pasalnya, selama ini keluarga telah banyak membantu kehidupan Ade.

‎”Orang yang dikasih makan, dikasih penghidupan, rokok, uang, tapi malah menghabisi anak saya,” ujarnya.

‎Kasus ini masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.

‎Sementara itu, keluarga berharap keadilan segera ditegakkan.

“Kan dia bunuh anak saya, nyawa dibayar dengan nyawa, tapi sesuai diproses hukum.”

“Jadi sesuai, makanya semua diserahkan kepada kepolisian,” ucap Yuli.

Pengakuan Tetangga

Ade Mulyana diduga kuat pembantu rumah tangga yang disebut tetangga korban, Salbiah.

Detik-detik terakhir Dea Permata Karisma sebelum dibunuh itu memang diungkap tetangganya yang bernama Salbiah.

‎”Tadi sekitar jam 10 pagi, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. Jam 11 siang, kami pulang hampir bersamaan,” ujar Salbiah.

‎Saat itu, kata Salbiah, Dea terlihat normal.

“Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak,” ujar Salbiah.

‎Tak disangka, beberapa jam kemudian, pembantu Dea berlari ketakutan sambil berteriak, “Ibu-ibu, Bu Dea dibunuh,” kata Salbiah menirukan pembantu korban.

‎Salbiah dan warga lain langsung bergegas ke rumah Dea.

“Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjuti takut,” katanya.

‎”Kayak bekas kaki habis menginjak darah.”