Scroll untuk baca artikel
Banner IDwebhost
Iklan
Berita

Ngaku Zuriat Kesultanan, Seorang Pria Maki Jurnalis Langkatoday

5535
×

Ngaku Zuriat Kesultanan, Seorang Pria Maki Jurnalis Langkatoday

Sebarkan artikel ini
channel whastapp langkatoday

Stabat, Langkatoday – Literasi sejarah Kesultanan Langkat kembali mencuat. Kali ini, bukan dari seminar akademik atau forum diskusi budaya, melainkan dari pesan bernada kasar yang diterima tim media/jurnalis Langkatoday.com dari seseorang yang mengaku sebagai Zuriat Kesultanan Langkat.

Peristiwa bermula ketika media ini mempublikasikan opini berjudul “Kesultanan Langkat: Bayang-bayang Kolonial dan Pertanyaan tentang Legitimasi Sejarah” sebuah tulisan yang menyoroti catatan arsip kolonial Belanda, hubungan Kesultanan Langkat dengan industri perminyakan awal abad ke-20, dan pertanyaan tentang posisi politik kesultanan di masa kolonial.

Identitas dan Pesan Bernada Kasar

Melalui pesan WhatsApp, pria yang identitasnya di aplikasi Getcontact tercatat dengan inisial AHR mengungkapkan ketidaksetujuannya. Ia bahkan mengeluarkan tim media dari salah satu grup WhatsApp Langkat yang dikelolanya.

Dalam rekaman pesan yang diterima redaksi, AHR menulis:

“He bod*t bang W tu saudaraku, dia udah ngasi kepercayaan samaku, jadi kalau gak sor bilang aja bos.” ungkapnya dengan nada kasar, Kamis (14/8).

Tak berhenti di situ, ia melanjutkan dengan kalimat yang dianggap bernada penghinaan:

“Hey anj*ng, narasi yg kau buat aja seolah-olah Kesultanan Langkat di bantu sama Belanda.” tambahnya.

Beberapa saat kemudian, ia menegaskan dengan kesombongannya:

“Aku Zuriat Kesultanan Langkat.”

Kontroversi Sejarah: Antara Identitas dan Fakta Arsip

Opini yang dipersoalkan AHR merujuk pada sejumlah arsip Koloniaal Verslag, laporan tahunan Royal Dutch, serta pemberitaan surat kabar Belanda periode 1890–1930 yang mencatat keterlibatan Kesultanan Langkat dalam memberikan konsesi lahan kepada perusahaan minyak milik kolonial.

Sejarawan lokal yang memiliki nama pena Al Faqih saat dihubungi tim media Langkatoday.com menyatakan bahwa hubungan antara Kesultanan Langkat dan Belanda “memang tidak hitam-putih”.

“Kesultanan di Sumatra Timur saat itu berada dalam tekanan politik dan ekonomi kolonial, namun catatan arsip jelas menunjukkan adanya perjanjian resmi yang menguntungkan pihak perusahaan minyak,” ujarnya dengan tetap meminta pakai nama pena. Jum’at (15/8).

Polemik ini mengungkap satu hal: perdebatan tentang sejarah di Langkat bukan sekadar soal masa lalu, melainkan soal bagaimana warisan itu dimaknai dan dikomunikasikan di ruang publik.

Langkatoday.com menegaskan, bahwa semua opini yang dipublikasikan disusun dengan merujuk sumber resmi dan terbuka untuk tanggapan berbasis data dan argumentasi, bukan serangan personal.