MATARAM, LANGKATODAY – Deni, yang belakangan viral dengan julukan “Sister Hong Lombok” akhirnya muncul ke publik dan menjelaskan identitas serta alasan di balik penampilannya yang feminin. Dalam konferensi pers di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (15/11), ia menegaskan bahwa dirinya adalah seorang pria dan penampilannya merupakan bentuk ekspresi pribadi.
Deni mengaku mengenakan pakaian perempuan, termasuk jilbab, sebagai wujud kekaguman dan cara mengekspresikan diri.
“Itu adalah bentuk ekspresi diri saya yang lahir dari kekaguman,” ujarnya.
Terkait foto dirinya yang tersebar mengenakan hijab, Deni tidak membantah. Ia mengakui pernah memakai busana perempuan muslim karena menganggap hijab melambangkan kelembutan dan keanggunan.
“Saya menyadari pernah menggunakan jilbab. Bagi saya, jilbab itu simbol kecantikan, kelembutan, dan kehormatan,” ungkapnya.
Namun setelah viral, Deni memilih untuk tidak lagi mengenakan hijab.
“Saya saat ini sudah melepas hijab. Saya tidak akan menggunakannya lagi,” tegasnya.
Ia tidak menjelaskan alasan detail mengenai perubahan sikap tersebut.
Korban Broken Home dan Perundungan Sejak Kecil
Dalam kesempatan yang sama, Deni membagikan kisah hidupnya yang penuh tantangan sejak kecil. Ia tumbuh dalam keluarga tidak utuh (broken home). Kedua orang tuanya bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI), membuat Deni harus dibesarkan oleh nenek dari pihak ibu.
“Sejak kecil saya tinggal bersama nenek dari pihak ibu, karena kedua orang tua saya bekerja sebagai tenaga migran,” katanya.
Deni juga mengungkap bahwa ia mengalami gangguan pendengaran sejak lahir. Kondisinya memburuk setelah ia mengalami kecelakaan pada usia 10 tahun.
“Sejak kecil saya hidup dengan keterbatasan pendengaran, yang semakin memburuk setelah kecelakaan ketika saya berusia sekitar 10 tahun,” tuturnya.
Keterbatasan fisik tersebut membuat Deni kerap menjadi korban perundungan di sekolah. Situasinya semakin berat ketika nenek yang merawatnya meninggal dunia saat ia duduk di kelas 6 SD.
Karena tekanan mental dan kurangnya dukungan, Deni hanya mampu menamatkan pendidikan hingga Sekolah Dasar.
“Saya hanya menamatkan pendidikan sampai Sekolah Dasar karena saat itu saya mengalami perundungan dan tidak memiliki dukungan untuk melanjutkan sekolah,” jelasnya.
Bangkit Lewat Dunia Make Up
Setelah putus sekolah dan kehilangan neneknya, Deni bertahan hidup secara mandiri. Ia kemudian menemukan dunia rias wajah (MUA) dan mempelajarinya secara otodidak melalui video YouTube.
Bagi Deni, profesi ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga ruang untuk mengekspresikan diri dan bangkit dari keterpurukan.
“Melalui pekerjaan MUA inilah saya merasa bisa berdiri di atas kaki saya sendiri, memenuhi kebutuhan hidup, dan perlahan memperoleh rasa percaya diri,” ujarnya.


.png)





