Scroll untuk baca artikel
Banner IDwebhost
Iklan
Internasional

Shock! Hampir 50 Tentara Israel Bunuh Diri Usai Perang Gaza, Beban Psikologis Tak Tertahankan?

103
×

Shock! Hampir 50 Tentara Israel Bunuh Diri Usai Perang Gaza, Beban Psikologis Tak Tertahankan?

Sebarkan artikel ini
Tentara Israel
channel whastapp langkatoday

Tel Aviv, Langkatoday – Fakta mencengangkan muncul di balik agresi militer Israel ke Jalur Gaza. Di tengah sorotan dunia atas invasi yang mematikan, kini militer Israel menghadapi krisis internal yang tak kalah serius: gelombang bunuh diri di kalangan tentaranya sendiri.

Data yang dirilis media Israel Haaretz memperlihatkan kenyataan pahit: hampir 50 tentara Israel mengakhiri hidup sejak agresi ke Gaza pecah Oktober 2023.

Tahun 2025 saja mencatat 17 kasus bunuh diri, disusul 24 kasus pada 2024, dan 17 kasus lainnya pada 2023—tujuh di antaranya terjadi langsung pasca perang dimulai.

Angka yang mengejutkan dan mengungkap sisi suram dari mesin perang Israel.

Pemicunya? Tak lain adalah trauma akut dan minimnya perhatian serius terhadap kesehatan mental di tubuh militer. Haaretz menyebut, ketersediaan psikiater, psikolog, hingga pekerja sosial di lingkungan militer sangat minim. Padahal tekanan mental selama operasi militer di Gaza begitu intens.

Lebih tragis lagi, para tentara yang bertugas di unit identifikasi jenazah—yang harus menghadapi potongan tubuh rekannya sendiri—justru termasuk kelompok paling rentan. Salah satu kasus terbaru terjadi pada Senin (4/8/2025), ketika seorang tentara cadangan ditemukan tewas bunuh diri di Ofakim. Ia diketahui bertugas mengidentifikasi jasad-jasad tentara yang gugur.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Israel benar-benar siap secara mental untuk perang yang mereka mulai sendiri?

Militer Israel mengakui bahwa ratusan tentaranya kini masuk ke divisi rehabilitasi militer tiap bulan, mayoritas dengan diagnosis PTSD (Gangguan Stres Pascatrauma). Namun, tidak ada sistem dukungan memadai bagi mereka—baik saat aktif bertugas maupun setelah pensiun.

Fakta ini membongkar sisi lain dari agresi militer yang jarang diungkap: kehancuran mental pasukan sendiri.

Sementara itu, publik Israel mulai kehilangan kepercayaan. Data resmi menyebut 898 tentara tewas dan 6.134 terluka sejak Oktober 2023. Namun banyak yang menduga angka sebenarnya jauh lebih besar dan sengaja ditutupi.

Di sisi lain, penderitaan di Gaza justru jauh lebih masif. Lebih dari 60.000 warga Palestina tewas akibat pemboman tanpa henti, jutaan lainnya menghadapi krisis kelaparan dan runtuhnya layanan kesehatan.

Dua LSM besar Israel, B’Tselem dan Physicians for Human Rights-Israel, bahkan menyebut agresi ke Gaza sebagai genosida. Mereka menuduh pemerintah Israel sengaja menghancurkan masyarakat Palestina dan sistem pendukung hidup mereka.

Dunia internasional pun mulai bergerak. Mahkamah Internasional (ICJ) kini mengusut tuduhan genosida terhadap Israel. Sementara Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan eks Menhan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Kini, derita tak hanya datang dari korban sipil Gaza—tapi juga dari mereka yang dikirim untuk menembak, membom, dan menyaksikan kehancuran itu sendiri.

Perang telah berubah menjadi bumerang psikologis bagi tentaranya sendiri.

Dan yang lebih menyakitkan: tak ada kemenangan dalam perang yang menghancurkan semua sisi kemanusiaan.