BEIRUT, LANGKATODAY – Serangan udara Israel menghantam pinggiran Kota Beirut, Lebanon, pada Ahad (23/11) dan menewaskan Ali Tabatabai, salah satu komandan senior Hizbullah. Kabar tewasnya Tabatabai telah dikonfirmasi langsung oleh kelompok tersebut dalam pernyataan resminya.
Selain Tabatabai, empat anggota Hizbullah turut menjadi korban, sementara Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan total lima orang tewas dan 28 lainnya luka-luka akibat serangan tersebut. Hizbullah menyatakan duka mendalam dan menyebut Tabatabai sebagai salah satu tokoh kunci dalam struktur militer organisasi.
Serangan ini sekaligus mempertegas pelanggaran berulang atas kesepakatan gencatan senjata yang diberlakukan sejak 27 November 2024. Israel sebelumnya telah melancarkan beberapa serangan sejak perjanjian itu berlaku, termasuk serangan udara pada Juni lalu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui bahwa ia memerintahkan operasi militer tersebut berdasarkan rekomendasi Menteri Pertahanan Israel Katz dan Kepala Staf IDF Eyal Zamir. Israel menuduh Tabatabai telah meningkatkan kemampuan persenjataan Hizbullah dan menjadi ancaman langsung terhadap keamanan Israel.
Sementara itu, data Kementerian Kesehatan Lebanon mengungkapkan bahwa sejak gencatan senjata diterapkan, 331 orang tewas dan 945 lainnya luka-luka akibat rangkaian serangan Israel di wilayah Lebanon.
Berdasarkan laporan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB (UNIFIL), Israel telah melakukan lebih dari 10.000 pelanggaran udara dan darat di Lebanon sejak kesepakatan gencatan senjata ditandatangani. Sesuai perjanjian tersebut, tentara Israel seharusnya mundur seluruhnya dari wilayah Lebanon Selatan pada Januari 2025, namun hingga kini Israel masih mempertahankan kehadiran militernya di lima pos perbatasan.
Situasi terbaru ini memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik lebih luas di kawasan Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Hizbullah.


.png)





