www.domainesia.com

Apakah Pejuang Palestina Kini Telah Kalah?

Ikuti kami di Google News, WhatsApp Channel dan Telegram

Oleh Edgar Hamas
Founder Gen Saladin

Aku ingin mengajakmu untuk mengingat kejadian beberapa hari lalu, saat Jum’at (27/10) kala Isriwil melakukan pemutusan internet dan listrik di G4z4. Malam itu begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya, mencekam, karena kabar G4z4 terputus dari dunia. Kita menanti-nanti apa yang terjadi. Dada kita berdegub, hati kita remuk dan sangat khawatir; apakah G4z4 akan hilang selamanya? Apakah perjuangan akan musnah dan musuh akan tertawa angkuh?

Seorang jurnalis Palestina yang ada di luar G4z4 bernama Adham Abu Salmiyyah pun mengabarkan bahwa semua kontak di G4z4 terputus saat itu, sedangkan pasukan musuh sudah dalam keadaan barbar menyiapkan segala angkatan darat, laut dan udaranya untuk menghancurkan G4z4 (wilayah kecil yang kau hanya butuh 40 menit berkendara mobil dari selatan sampai utaranya). Seorang influencer musuh menulis dengan kejam di akun X-nya ketika mengabadikan peristiwa malam tersebut, “aku suka G4z4 yang terang. Ternyata ia tak butuh listrik untuk terang, ia hanya butuh ledakan!”

Namun, tahukah engkau apa yang terjadi selanjutnya?

Apakah rakyat G4z4 menyerah? Apakah pejuang kalah? Apakah perlawanan musnah? Dan apakah senjata berat serta barisan tentara musuh bisa masuk ke sana dengan dada tegak sambil tersenyum angkuh? Ternyata, siaran juru bicara pejuang memberikan sebuah pernyataan yang mengagetkan dunia setelah malam mencekam itu berlalu….

“Kami katakan pada musuh, yang mengulang-ulang ancamannya setiap hari untuk serangan darat (ke G4z4); kami di sini, masih menunggu kalian! Agar kami bisa berikan pada kalian cara baru merasakan kehancuran.” Bahkan sejak awal sebelum pasukan musuh sampai di gerbang G4z4, media pejuang memberi mereka sebuah sambutan dalam siarannya, “majulah kalian untuk kehancuran kalian sendiri, dan kalian akan tahu dari jenis manusia apa kami ini!”

Dalam beberapa sumber, salah seorang pejuang mengatakan apa yang terjadi pada malam-malam mencekam nan gelap itu, “kami melihat pertolongan Allah! Kami melihat sendiri seorang rekan pejuang yang berhasil menghancurkan 3 kendaraan berat musuh, membuat mereka terluka dan lari kabur dari hanya satu pejuang ini, seakan-akan mereka kabur melihat sebuah batalion pasukan.” (Laporan Ridhwan Al Akhras, Jurnalis Palestina)

Maka jika kamu mengira bahwa musuh itu terlalu kuat dan pejuang telah kehilangan semangat, justru yang terjadi adalah sebaliknya. Pejuang Pale5tin4 tahu bahwa tentara musuh yang mereka hadapi selemah rumah laba-laba. Jangankan pejuang Pale5tin4, William Scott Ritter, seorang analis hubungan internasional, mantan perwira intelijen Korps Marinir AS dalam podcastnya mengatakan, “orang-orang Israel dalam keadaan takut setengah mati.”

“Saking takutnya mereka pada kematian, mereka menyiapkan 360 ribu tentara cadangan untuk berperang. Namun sebagian besar tentara itu hanya berpengalaman 2,5 tahun dalam militer, dan kemampuan mereka sangat tidak baik. Mereka lebih memilih jadi polisi di Tepi Barat daripada militer. Dan yang biasa mereka hadapi adalah menakuti anak kecil dan remaja perempuan berusia 15 tahun”, kata Scott Ritter.

Itulah mengapa banyak penulis dan peliput kejadian di G4z4 saat itu mengatakan bahwa peristiwa hari-hari ini adalah “lahadzat tarikhiyyah” (detik-detik bersejarah) karena musuh sudah tak seperkasa sebelumnya. Salah satu pemimpin perjuangan, Usamah Hamdan mengatakan, “mereka menyatakan operasi ini bukanlah ‘serangan darat’ sebagaimana terencana, hanya alasan agar tak malu jika gagal. Saat fajar menyibak, dunia akan melihat bekas-bekas ketangguhan para pejuang!”

Kamu dan aku, kita semua, adalah saksi sekaligus pemeran yang mampu memberi pengaruh pada apa yang terjadi pada sejarah pembebasan Masjid Al Aqsha. Ya, perjalanan masih panjang, tapi doa-doa kita, khusyu sujud kita, adalah senjata ampuh untuk memberi penguatan pada pejuang yang menjaga segenap hasta tanah berkah Pale5tin4.

Bacaan Lainnya: