MEDAN (Langkatoday) – Sejarah mengenai Gerakan 30 September (G30S) telah menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.
Bagaimana tidak, peristiwa G30S/PKI ini telah merenggut enam jenderal Indonesia, bahkan kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua di Kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Peristiwa kelam G30S/PKI ini masih menyimpan banyak misteri, salah satunya mengenai dalang di balik sejarah tersebut.
Namun ada yang meyakini jika presiden kedua Soeharto memiliki peranan penting dalam insiden terbunuhnya enam jenderal tersebut.
Bahkan, Soeharto diyakini berada di balik peristiwa yang menjadi sejarah kelam untuk bangsa Indonesia hingga saat ini.
Hal ini karena menjadi salah satu jenderal TNI pada saat itu, tapi Soeharto tidak menjadi salah satu korban dalam pembantaian G30S/PKI tersebut.
Soeharto tidak diculik dan dibunuh oleh para PKI yang kala itu ia juga menjabat sebagai seorang jenderal TNI.
Mengenai hal tersebut, tentu banyak yang penasaran dengan alasan para PKI tidak menargetkan Soeharto.
Lantas, apa alasan di balik Soeharto tidak diculik dan dibunuh oleh PKI kala itu?
Tak banyak yang tahu jika Soeharto saat itu menjadi satu-satunya jenderal yang mengetahui rencana penculikan sejumlah jenderal.
Diketahui keenam jenderal yang terbunuh pada G30S/PKI ini merupakan Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta pada presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Keterangan tersebut didapatkan dari kesaksian salah satu pelaku pembantaian dalam G30S/PKI yakni Kolonel Abdul Latief dalam persidangan.
Dikutip dari Youtube Hendri Teja, Kolonel Abdul Latief bersaksi dalam persidangan mengenai alasan Soeharto tidak menjadi korban pembantaian.
Menurut Kolonel Abdul Latief, presiden Soeharto yang kala itu masih menjabat sebagai seorang jenderal dianggap loyalis kepada Soekarno.
“Karena kami anggap jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran,” ujar narrator.
Tak hanya itu, Kolonel Abdul Latief juga mengaku bahwa dirinya telah mengabarkan perihal rencana pembantaian para Jenderal.
“Bahkan Latief mengaku telah mengabarkan Soeharto perihal rencana penculikan sejumlah jenderal, namun Soeharto mengabaikan laporan tersebut,” paparnya.
Sebagai informasi, enam jenderal yang menjadi korban penculikan dalam G30S/PKI ini yakni Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Suprapto, Letnan Jenderal M.T. Haryono, Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal D.I Panjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierre Tendean.***