Idul Fitri 1444 H, Jum’at atau Sabtu?

Oleh : Alfirdaus Putra
Ketua Tim Falakiyah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh

Dalam beberapa hari ini banyak yang bertanya, kapan ibadah Idul Fitri dilaksanakan, Jum’at atau Sabtu? hal ini sangat penting karena keterkaitan dengan beberapa hal yang lain, seperti zakat fitrah dan jumlah bilangan puasa, keharaman berpuasa di hari 1 Syawal.

Berikut beberapa jawaban yang dapat kami berikan:

1. Penentuan Awal bulan hijriah oleh Kementerian Agama adalah dengan rukyatul hilal pada setiap 29 hari bulan berjalan. Apabila hilal terlihat setelah magrib, maka ke-esokan harinya akan masuk tanggal 1 bulan hijriah baru dan apabila tidak terlihat maka konsep rukyat tersebut akan bergeser pada konsep hisab imkan rukyat (imkan rukyat : integrasi antara rukyat dan hisab yang berdasarkan visibilitas hilal), yaitu apabila hilal sudah berada 3 derjat di atas ufuk dengan elongasi 6,4 derjat maka tanpa hilal terlihat pun keesokan harinya masuk ke tanggal 1 bulan baru.

2. Konsep imkan rukyat atau visibilitas hilal yang digunakan oleh Kementerian Agama adalah kesepakatan beberapa negara yang terkumpul dalam MABIMS (Malaysia, Brunai Darussalam, Indonesia dan Singapura), setelah penelitian astronomis bertahun-tahun dan berdasarkan kepada musyawarah bersama para ulama dan ahli falak utusan negara tersebut beberapa tahun yang lalu.

3. Data astronomis awal syawal 1444 H menunjukkan bahwa pada 29 Ramadhan 1444 H, ketinggian hilal untuk wilayah Aceh sebagai wilayah paling barat Indonesia adalah 2,35 derjat di atas ufuk dengan elongasi 3,08 derjat. Sedangkan untuk wilayah timur dari Aceh hingga ke Papua posisi hilal lebih rendah dari keadaan hilal di Aceh. (papua, 0,42 derjat).

4. Berdasarkan data astronomi di atas, kemungkinan besar hilal tidak dapat di rukyat, baik dengan mata maupun menggunakan teleskop, hal ini berdasarkan bukti emphiris bertahun tahun sebelumnya yang belum terdapat dokumentasi hilal dengan posisi di bawah 3 derjat. Sehingga sangat besar kemungkinan hilal tidak terlihat dan bilangan bulan Ramadhan disempurnakan 30 hari, sehingga haji jumat masih pada tanggal 30 Ramadhan. Dan idul fitri akan terjadi pada hari SABTU, 22 April 2023.

5. Ada yang bertanya dengan keadaan hilal yang rendah tersebut apakah mungkin idul fitri jatuh pada jumat? Tentu saja ada kemungkinan, tetapi kemungkinan tersebut kecil bagi yang menggunakan konsep rukyat maupun imkan rukyat, karena dengan ketinggian hilal sebagaimana data di atas, belum pernah ada bukti empiris dokumentasi keterlihatan hilal, dan kalaulah nantinya ada yang diakui keterlihatan hilal pada konsisi serendah ini maka bisa saja idul fitri jatuh di hari Jumat walaupun kemungkinan ini sangat kecil. Hal ini tentu berbeda dengan jamaah muslim kita yang menggunakan konsep hisab dengan parameter tertentu, baik hisab hakiki maupun hisab urfi. Untuk wilayah Aceh, para pengamal hisab hakiki wujudul hilal akan berhari raya di hari Jum’at 21 April dan para pengamal hisab urfi Syattariah di Peuleukung Nagan Raya akan berhari raya di hari Kamis, 20 April.

6. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan Saudi Arabia yang merupakan kiblat nya ummat Islam ? untuk wilayah Arab Saudi pada 29 Ramadhan, ketinggian hilal sudah pada posisi 3.63 derjat di atas ufuk dengan elongasi 5,05 derjat. Dalam hal ini arab Saudi juga menggunakan rukyat sebagai pedoman penetapan 1 Syawal, dan sampai sekarang Saudi belum memutuskan kapan 1 syawal, yang sangat tergantung pada hasil rukyat 29 Ramadhan. Sedangkan yang beredar selama ini bahwa ada catatan di Saudi akan ber-idul fitri di hari Jumat, itu adalah hasil kalender ummul qura’ yang menggunakan hisab sebagai dasar kalender, tetapi untuk kepentingan ibadah tertentu, Saudi tetap menggunakan rukyat. Nah, seandainya di Saudi pada esok hari 29 Ramadhan hilal terlihat maka bisa saja Saudi mengumumkan idul fitri di hari jumat berdasarkan rukyat dan tidak ada keharusan kita di wilayah timur Saudi untuk mengikutinya.

Informasi dan kerjasama bisa dikirim via e-mail: [email protected]

Bacaan Lainnya: