Scroll untuk baca artikel
Langkatoday.com
langkatoday.com
GlobalPolitik

Rencana Bangun Permukiman Baru, Politisi Israel Usir Warga Gaza

Avatar photo
×

Rencana Bangun Permukiman Baru, Politisi Israel Usir Warga Gaza

Sebarkan artikel ini

Ikuti kami di Google News dan WhatsApp Channel

LANGKATODAY.COM – Menteri Keamanan Nasional, Itamar ben Gvir dan member parlemen Knesset Israel dari parkai Likud menandatangi petisi yang mendukung “kemenangan dan pembaharuan” untuk membangun 21 permukiman ilegal di Gaza, Ahad (28/1).

Iklan Umroh
Langkatoday.com
Iklan Umroh

Konferensi yang diselenggarakan itu bertajuk “Kembali ke Gaza”. Ben Gvir tak hanya mengatakan permukiman ilegal akan dibangun di Gaza, tapi juga akan dibangun di bangian utara Tepi Barat.

“Pak Perdanan Menteri Netanyahu, dari panggung ini saya sampaikan bahwa memalukan bila perlu 19 tahun untuk mengetahui bahwa Gush Katif (permukiman ilegal Zionis di Gaza selatan) dan Samaria (sebutan Yahudi untuk Tepi Barat) utara harus kembali,” ungkapnya.

Netanyahu mengatakan bila ia tak ingin mendiami Gaza secara permanen, ia hanya ingin “mengontrol” keamanannya. Namun anggota kabinet dari partai yang sama dengannya menginginkan lebih dari itu.

“Kami ingin mendiami tanah kami seluas-luasnya. Mengontrolnya dan melawan teror. Dengan keamanan dari Tuhan untuk keseluruhan Israel. Kami tahu jawabannya, tanpa permukiman, tak akan ada keamanan,” kata Bezalel Smotrich, Menteri Keuangan Israel.

Ketua partai oposisi, Yair Lapid mengatakan bila konferensi yang dihadiri 15 menteri dari pemerintahan sekarang sendiri telah mencemarkan nama Netanyahu. Yair juga mengatakan bila apa yang mereka lakukan berada di belakang orang-orang ekstrimis.

“Orang-orang ini adalah orang yang membuat aturan di Israel. Mereka menginginkan untuk melakukan pembersihan keseluruhan etnis di Gaza.” komentar Mustafa Barghouti dari Palestinian National Initiative.

Desember lalu, sebuah perusahaan real estate terkenal di Israel, Harei Zahav membuat poster permukiman ilegal yang dibangun di atas reruntuhan rumah di Gaza.

Sumber: Al Jazeera

www.domainesia.com