Scroll untuk baca artikel
langkatoday.com
Web Hosting
Web Hosting
langkatoday.com
Ekonomi

IHSG Babak Belur Dihantam 3 Sentimen, Masih Aman?

Avatar photo
×

IHSG Babak Belur Dihantam 3 Sentimen, Masih Aman?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

Ikuti kami di Google News dan WhatsApp Channel

JAKARTA (Langkatoday)Indeks harga saham gabungan (IHSG) jebol 248,46 poin (3,4%) di level 7.059,6 pada penutupan perdagangan Senin (5/8). Hal ini karena dihantam tiga sentimen, mulai dari penurunan tajam pasar saham Asia Pasifik, laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) hingga eskalasi geopolitik di Timur Tengah. Apakah IHSG masih aman?

Scroll untuk baca artikel
Scroll untuk baca artikel

Founder Stocknow.id Hendra Wardana menjelaskan, penurunan IHSG hari ini disebabkan oleh beberapa faktor utama yang mempengaruhi tiga sentimen, yaitu pertama, penurunan tajam di pasar saham Jepang dan Asia-Pasifik akibat aksi jual besar-besaran oleh investor telah menciptakan tekanan negatif pada IHSG.

“Nikkei 225 dan Topix turun lebih dari 13%, dan beberapa perusahaan blue chip besar seperti Mitsubishi, Mitsui, Sumitomo, dan Marubeni mengalami penurunan harga saham hingga sekitar 10%,” ungkap Hendra, Senin (5/8).

Kedua, lanjut dia, sentimen negatif juga dipicu oleh laporan tenaga kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan, yang memunculkan kekhawatiran akan potensi resesi ekonomi. Hal ini mengakibatkan penurunan signifikan pada Nasdaq, S&P 500, dan Dow Jones di AS. “terakhir, faktor geopolitik seperti eskalasi ketegangan di Timur Tengah juga menambah ketidakpastian di pasar global,” ucapnya.

Meskipun IHSG mengalami penurunan, lanjut Hendra, masih ada optimisme bahwa dengan level psikologis di sekitar 7.000, IHSG masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Data tenaga kerja AS yang lemah membuka peluang bagi The Fed untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga di masa mendatang, yang dapat memberikan sentimen positif bagi pasar saham, termasuk IHSG.

“Selain itu, dengan valuasi pasar Indonesia yang masih undervalued, terdapat potensi pertumbuhan di masa mendatang yang dapat dimanfaatkan oleh investor. Oleh karena itu, meskipun dalam jangka pendek IHSG mungkin akan terus menghadapi tekanan, dalam jangka panjang, pasar saham Indonesia masih memiliki prospek yang positif,” tambah Hendra.

Sementara itu, Senior Analyst Capital Market MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, koreksi dari IHSG hari ini cenderung inline dengan report teknikal yang dirilis pagi ini dan dengan pergerakan mayoritas pergerakan bursa Asia yang juga terkoreksi. Di sisi lain, diperkirakan terdapat sell-off menyusul kekhawatiran potensi resesi di AS setelah data penganggurannya meningkat menjadi 4,3% YoY.

“Untuk besok, kami perkirakan pergerakan IHSG berpeluang menguat terbatas dengan support 6.968 dan resistance 7.136. Kami perkirakan, akan terdapat technical rebound dahulu, sembari investor menanti akan ada rilis data neraca perdagangan AS,” jelas Herditya.

Pasar Keuangan Bergejolak

Investment Consultant sekaligus Founder of Indonesia Investment Education Rita Effendy mengatakan, Pasar keuangan global lagi bergejolak gara-gara lonjakan pengangguran di AS, kebijakan moneter yang nggak pasti, dan ketegangan geopolitik. “Sektor teknologi dan pasar yang banyak hutang (leverage) kena tekanan jual besar-besaran, bikin volatilitas dan ketidakpastian ekonomi makin parah,” ucapnya.

Menurut Rita, penyebabnya adalah lonjakan Pengangguran di AS Picu Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi. Tingkat pengangguran di AS tiba-tiba naik, bikin orang khawatir kalau ekonomi AS melambat lebih cepat dari yang diperkirakan. Ini mengejutkan pasar dan bikin spekulasi bahwa The Fed mungkin salah menilai situasi ekonomi.

Rita menambahkan, penyebab selanjutnya adalah ketidakpastian Cut Suku Bunga The Fed. Ada kekhawatiran The Fed harus cepat-cepat memangkas suku bunga setelah laporan pekerjaan AS yang lemah, yang membuat pasar saham tegang, terutama sektor teknologi.

“Bursa saham dunia berguguran pada akhir pekan ini setelah pasar melakukan aksi jual besar-besaran saham teknologi. Penjualan besar ini dipicu oleh kekhawatiran melambatnya ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ancaman resesi,” jelasnya.

Menurut Rita, saham teknologi menjadi pemicu ambruknya saham global. Penurunan paling parah dicatat oleh pembuat chip Intel (INTC.O) yang ambruk 26,06% ke US$21,48 per lembar. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 8 April 2013 atau 11 tahun terakhir lebih. Pelemahan sebesar 26,06% sehari juga menjadi yang terdalam dalam sejak 1974 (31% sehari) atau lebih dari 50 tahun atau setengah abad.

“Pada saat itu, Intel baru saja menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Ambruknya saham Intel jatuh hingga membuat market capnya ambruk di bawah US$ 100 miliar,” ucapnya.

Lebih lanjut Rita mengatakan, penyebab selanjutnya adalah Yen Jepang mencapai level tertinggi tujuh bulan terhadap dollar AS. Yen Jepang menguat signifikan terhadap dolar AS karena ada ekspektasi Bank of Japan akan menaikkan suku bunga. Ini bikin saham-saham di Jepang, terutama yang ekspornya besar, jadi tertekan.

Indeks Nikkei Jepang mencatat penurunan harian terburuk sepanjang sejarah pada hari Senin. Indeks ditutup turun 12,4% ke 31.458,42. “Penurunan ini menjadi yang terbesar kedua sejak kejatuhan Black Monday pada Oktober 1987, ketika indeks kehilangan 3.836,48 poin (14,9%), yang sebelumnya merupakan penurunan terburuk,” paparnya.

Rita menegaskan, kekhawatiran Geopolitik juga menjadi pasar keuangan bergejolak. Sebab, ketegangan geopolitik meningkat setelah ancaman Iran terhadap Israel, bikin kekhawatiran global makin parah dan investor jadi lebih berhati-hati. Setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, ketegangan regional semakin memuncak. Peristiwa itu terjadi sehari setelah serangan Israel di Beirut yang menewaskan Fuad Shukr.

“AS sedang mengerahkan kekuatan militer tambahan di Timur Tengah sebagai langkah defensif untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut. Hal itu diungkapkan langsung oleh seorang pejabat Gedung Putih,” kata Rita.

Rita menyebut penyebab pasar keuangan bergejolak adalah tekanan di Sektor Teknologi yang sebelumnya melonjak tinggi, sekarang kena tekanan jual karena investor mulai meragukan harga saham yang terlalu tinggi.

Data pekerjaan yang lebih buruk dari perkiraan pada hari Jumat memicu kekhawatiran bahwa The Fed mungkin telah menunggu terlalu lama untuk mulai menurunkan suku bunga, membuat Indeks Nasdaq 100 mengalami koreksi teknikal dan Indeks Volatilitas Cboe menuju level 25.

“Saham-saham raksasa seperti Microsoft Corp, Amazon. com Inc dan Alphabet Inc telah jatuh dari rekor tertinggi, yang dicapai pada awal Juli. Secara keseluruhan, anggota Nasdaq 100 telah kehilangan nilai lebih dari US$3 triliun selama periode tersebut, dengan Nvidia Corp dan Tesla Inc masing-masing mengalami penurunan lebih dari 20%,” jelasnya.

Sedangkan penyebab pasar keuangan bergejolak adalah KOSPI turun 8,8%, terbesar sejak Oktober 2008. Saham teknologi anjlok di tengah kekhawatiran resesi AS. Penghenti perdagangan (circuit breakers) diaktifkan untuk pertama kalinya dalam empat tahun. (rel/investor)

www.domainesia.com