Warga Sei Minyak Sudah 22 Tahun Tidak Pernah Rasakan Listrik, Camat: Pemukiman Tak Masuk Peta Desa

Langkatoday.com – Camat Sei Lepan, Muhammad Iqbal Ramadhan angkat bicara soal ada warganya yang bertempat tinggal di Kampung Sei Minyak, Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang tak pernah tersentuh aliran listrik.

“Sebenarnya dari awal mereka tidak mempunyai KTP, dan mereka berada di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL). Dan sebenarnya mereka lebih dekat dengan Kecamatan Besitang,” ujar Iqbal, Kamis (5/1/2023).

Lanjut Iqbal, karena ada kepentingan oknum pada Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) kemarin, sehingga data warga tersebut dibuatkanlah KTP dan KKnya.

“Jadi karena ada kebutuhan pilkades ada yang mainkan. Sehingga warga-warga tersebut masuk ke Desa Harapan Maju. Sesuai wilayah peta desa, warga yang tak dialiri listrik ini, tidak masuk ke dalam peta desa. Karena mereka bermukim di wilayah TNGL,” tegas Iqbal.

“Makanya saya bingung, kemarin sudah dimasukkan hampir seribu lebih listrik di sekitaran Desa Harapan Maju ini,” sambungnya.

Hal ini kian mempertegas saat Iqbal kembali menanyakan kepada kepala dusun di sana, jika warga pengungsi di Sei Minyak yang mengeluh soal tidak adanya aliran listrik, karena wilayah mereka merupakan wilayah TNGL, barak induk Kota Buluh, dan tidak masuk kecamatan mana pun karena itu TNGL.

“Cuma kita tidak bisa sembarangan, itukan juga manusia, saya cari tau jalannya dulu. Dan nanti apakah PLN mau daerah TNGL,” ujar Iqbal.

Sedangkan pada waktu itu, Iqbal menambahkan Pemerintah Kabupaten Langkat juga sudah memberikan uang kepada warga untuk pindah dari lokasi tersebut.

Namun setelah uang dikasih, ternyata warga tak pindah-pindah hingga sampai sekarang ini.

Dikabarkan sebelumnya, sudah 22 tahun, warga yang bertempat tinggal di Kampung Sei Minyak, Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tak pernah tersentuh aliran listrik.

Hal ini diungkapkan oleh seorang warga bernama Heri (40) saat diwawancarai wartawan.

“Kami di sini sejak tahun 2000 hingga tahun 2022, sekitar 22 tahun sudah tanpa listrik dari negara,” ujar Heri, Selasa (3/1/2023).

Lanjut Heri, warga di desanya jika ingin mendapatkan listrik sekaligus penerangan yaitu, menggunakan genset (Generator Set) milik perorangan yang disewakan.

Dan genset tersebut, hidupnya dari pukul 18.00 WIB sampai pada pukul 23.30 WIB sudah mati. Dan jika siang hari warga di Desa Harapan Maju, tanpa listrik.

“Penggunaan genset ini pun kami bayar, karena yang punya milik perseorangan. Pertitiknya kami bayar Rp 100 ribu per bulan. Kami di sini dikenakan pembayarannya setengah sebulan sekali,” ujar Heri.

“Jadi satu titik misal tiga rumah, jadi Rp 300 ribu perbulan,” sambungnya.

Tak hanya itu, warga sering mengeluh soal kendala karena genset tersebut kerap mengalami kerusakan.

“Genset inikan kemampuannya gak terlalu begitu kuat, sering terjadi kerusakan dan sebagainya,” ujar Heri.

Sedangkan itu, warga di Desa Harapan Maju berjumlah sekitar 150 KK. Dan ratusan KK itu bergantungan dengan genset yang disewakan.

“Harapannya, karena kami bagian dari bangsa Indonesia, karena selama ini kami belum merasakan kemerdekaan yang sebenarnya, jadi kami mohon kepada bapak Presiden Joko Widodo untuk dibantu. Sudah cukup lama kami menderita seperti ini.Karena selama 22 tahun kami kurang penerangan. Karena masalah penerangan ini juga mencangkup pendidikan juga,” ujar Heri.

Tak hanya itu, Heri mewakili warga lainnya juga sudah memohon kesana-kemari.

“Tapi mungkin banyak kali ganjelan dari beberapa oknum yang gak suka dengan posisi kami di sini. Karena kami kan berawal dari pengungsian. Tapi bagaimana pun kami juga adalah rakyat indonesia yang punya hak sama dengan orang-orang di luar sana,” ujar Heri.

Bacaan Lainnya: