
LANGKATODAY.COM – Pelatih kepala klub-klub profesional di Eropa pada umumnya di bawah direktur sport. Direktur sport yang mencari pelatih dan pemain. Untuk urusan transfer pemain tak jarang direktur sport bersitegang dengan pelatih karena pemain yang masuk dan keluar tidak sesuai dengan ekspektasi pelatih. Apabila perselisihan antara direktur sport dan pelatih kepala tak dapat dibendung, pada umumnya juga pelatih yang kalah, bisa resign atau dipecat meskipun ia pelatih jempolan.
Biasanya juga fan klub itu akan mengecam manajemen klub yang memecat pelatih yang berhasil memersembahkan trofi. Itu terjadi karena perbedaan sudut pandang.
Manajemen klub memandang pelatih bersifat jangka pendek (𝘴𝘩𝘰𝘳𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘮), sedang pemain bersifat jangka panjang (𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘮). Direktur sport mengadakan pemain untuk jangka panjang yang karakternya sesuai dengan filsafat klub.
Belakangan ada kabar STY akan mengundurkan diri dari pelatih kepala PSSI apabila Iwan Bule mengundurkan diri. Mundur ya mundur saja!
Berbeda dari pelatih klub, pelatih timnas pada dasarnya adalah 𝘵𝘢𝘤𝘵𝘪𝘤𝘪𝘰𝘯. Pelatih timnas menerima pemain siap-saji yang digembleng oleh pelatih klub. Ia mengumpulkan, mengharmoniskan, kemudian menerapkan taktik guna menghadapi lawan.
Kemiripan pelatih timnas dan klub adalah sama-sama 𝘴𝘩𝘰𝘳𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘮. Pemain adalah milik dan binaan klub, bukan milik timnas. Dengan demikian yang mutlak ditingkatkan adalah mutu liga domestik. Liga meningkat mutu, otomatis klub bersaing secara sport dalam meningkatkan mutu pemain. Siapa pun pelatih timnas, kalau mutu liga buruk, Indonesia tidak akan pernah menjadi Top 4 Asia, alih-alih masuk ke Pildun.
STY sendiri pernah mengatakan bahwa ia akan mengikuti durasi kontraknya. Ia tidak akan 𝘳𝘦𝘴𝘪𝘨𝘯 karena ia akan terkena denda cukup besar. Desakan terhadap Iwan Bule agar mundur dari Ketum PSSI membuat STY melihat celah ia mundur tanpa dikenai penalti.
Sumber : Status Facebook Efron Bayern
Informasi dan kerjasama bisa dikirim via e-mail: [email protected]