Pabrik BioCNG Terbesar se-Asia Tenggara Dibangun di Langkat

LANGKATODAY.COM – Pembangunan proyek transisi dan dekarbonisasi Energi terbesar di Asia Tenggara, akan dibangun di Desa Blangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Hal itu ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan proyek Biomethane Compressed Natural Gas (BioCNG).

Direktur Bioenergi, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo mengatakan peletakan batu pertama ini merupakan pembangunan pertama dari 25 proyek serupa. Edi memberikan apresiasi kepada pihak PT KIS Gruop yang memulai pembangunan proyek transisi dan dekarbonisasi ini.

“Pada kesempatan yang berharga ini, saya dalam mewakili Kementerian ESDM menyampaikan ucapan selamat dan sukses kepada KIS Group acara peletakan batu pertama untuk Proyek BioCNG Plant yang yang merupakan pembangunan pertama dari 25 proyek serupa yang akan dibangun hingga tahun 2024,” kata Edi Wibowo dalam sambutannya, Rabu (28/9/2022).

Edi berharap dengan pembangunan proyek BioCNG ini, merupakan upaya PT KIS Group dalam menyukseskan program peningkatan energi baru terbarukan (ETB). Dalam bauran energi nasional.

“Dengan pembangunan proyek BioCNG diharapkan dapat ini menjadi salah satu upaya baik dari KIS Group dalam ikut serta mensukseskan program peningkatan pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional,” harapnya.

Pada tahap pertama, Edi menjelaskan akan dibangun sebanyak 25 pabrik BioCNG dengan masing-masing kapasitas 15.500 m³ BioCNG per harinya, dengan total 387.000 m³. Sehingga diprediksi akan mengurangi 3,7 juta ton karbon dioksida (Co2) per tahun.

“Pada tahap I direncanakan akan dibangun sebanyak 25 pabrik BioCNG masing-masing dengan kapasitas 15.500 m³ BioCNG per hari, dengan tolal 387.000 m³ BioCNG, yang diperkirakan akan dihasilkan pengurangan 3,7 juta ton Co2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun,” jelasnya.

Edi juga menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia mempunyai misi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) tahun 2030 penurunan emisi di Indonesia mencapai 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen bantuan internasional. Hal itu tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) sebagai bentuk tindak lanjut dari Paris Agreement, itu disahkan dalam UU No 16 Tahun 2016.

Bahkan pada Juli 2021 pemerintah sudah melakukan revisi NDC, hal itu untuk mempertegas komitmen Indonesia terkait penurunan emisi. Terbaru, Indonesia memiliki target mencapai Net Zero Emission (NZE) paling lama tahun 2060 mendatang.

“Dalam mendukung program transisi energi, Pemerintah Indonesia melalui berbagai dokumen dan kebijakan telah menyusun target, strategi dan program pemanfaatan energi baru terbarukan secara bertahap, terukur dan cepat,” katanya.

(rel)

Bacaan Lainnya: