8.000 Gugur di Gaza, AS-Israel tetap Ogah Gencatan Senjata

Seorang pria membawa jenazah seorang gadis pasca serangan udara Israel di Gaza utara, 28 Oktober 2023. – (EPA-EFE/MOHAMMED SABER)

LANGKATODAY.com – Bombardir yang dilakukan Israel di Gaza kian meningkat dan terus merenggut nyawa ribuan orang termasuk anak-anak. Di tengah kengerian dan kekejaman sedemikian, juga tuntutan dari manusia di segala penjuru dunia, Israel dan Amerika Serikat (AS) terus menolak gencatan senjata.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sejauh ini serangan Israel telah menewaskan lebih dari 8.300 warga Palestina, termasuk hampir 3.500 anak-anak. Angka itu sejak Israel melakukan pembalasan brutal selepas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Jumlah kematian di Gaza ini telah melampaui total kematian akibat serangan Israel ke Gaza sepanjang 16 tahun sebelumnya. Sedangkan PBB menghitung bahwa total anak-anak yang meninggal dalam tiga pekan ini saja telah melampaui angka korban anak tahunan dari perang di seluruh dunia sejak 2019.

Pada Selasa (31/10/2023), Aljazirah melaporkan pesawat-pesawat Israel terus menjatuhkan bom ke Gaza. Saksi mata mencatat sekitar enam bom jatuh permenit di Gaza dalam eskalasi penyerangan belakangan.

Di Khan Younis di selatan Gaza, bangunan-bangunan sudah rata dengan tanah. Rumah-rumah juga hancur di Rafah, lokasi yang disebut aman untuk mengungsi oleh penjajah Israel.

Serangan juga berlanjut tanpa henti di sekitar rumah sakit al-Aqsa, yang menyebabkan pemadaman listrik di wilayah tersebut. Demikian juga di halaman Rumah Sakit Indonesia di utara Jalur Gaza yang sudah tiga kali diserang.

Rumah sakit tersebut menampung ribuan warga Palestina yang mengungsi dari rumah mereka. Mereka menganggap tempat ini sebagai tempat berlindung yang aman bagi mereka.

Pekerja medis di Gaza melakukan pekerja ganda menjadi sukarelawan untuk membantu menjalankan layanan darurat yang terbebani oleh serangan Israel. Ambulans berjuang untuk mencapai lokasi bom melewati jalan yang dipenuhi puing-puing dan dengan persediaan bahan bakar yang semakin menipis.

Staf medis dan darurat telah bekerja dengan sedikit istirahat dan ditempatkan di daerah yang paling berbahaya. Mereka menyaksikan kengerian kematian akibat kekerasan, luka-luka, dan kesedihan yang parah.

Kementerian Kesehatan Gaza pun telah meminta semua paramedis terlatih untuk membantu staf rumah sakit dan tim bantuan dengan puluhan orang telah merespons. Namun sistem tersebut masih sangat membutuhkan lebih banyak pekerja.

“Saya belum pulang ke rumah sejak hari pertama perang. Saya mandi di sini, tidur di sini, dan makan di sini,” kata Loay al-Astal, seorang pekerja sukarela darurat di Khan Younis, di selatan daerah kantong tersebut.

Relawan yang pernah mengikuti pelatihan di kampus untuk menjadi paramedis tetapi menganggur ketika perang dimulai menggambarkan sebuah insiden dengan beberapa rekannya hampir terbunuh oleh serangan udara yang meledakkan jendela ambulans mereka. “Kacanya pecah dan beberapa relawan kami terluka,” ujarnya.

Astal dihantui oleh kenangan saat mencoba menyelamatkan seorang perempuan yang terkubur mecapai lehernya di reruntuhan dari serangan udara. “Ada luka di kepalanya dan saya segera mengobati lukanya,” kata pria berusia 33 tahun itu.

Sukarelawan pun membebaskan perempuan itu dari reruntuhan sehingga dia dapat menemukan putranya, hanya saja dia meninggal beberapa menit kemudian dengan kondisi masih terjebak di reruntuhan. “Saya merasa tidak enak karena tidak bisa menyelamatkannya,” katanya.

Seorang pria Palestina, yang selamat dari serangan udara Israel pada Senin (30/10/2023), kehilangan pekerjaan. Bahkan dia juga kehilangan tempat tinggal setelah rumah dan tokonya dihancurkan, sebagaimana laporan Middle East Eye.

Pria tersebut bernama Ashraf Dababesh (55 tahun). Dia bekerja di toko seluler yang terletak di dekat rumahnya di sebuah bangunan tempat tinggal di Gaza. Namun bangunan itu diserang oleh angkatan udara Israel.

Ayah enam anak ini mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia sekarang tidak punya tempat tujuan. Ini adalah situasi yang dialami banyak warga Palestina. Hampir 50 persen unit pemukiman di Gaza telah rusak dan lebih dari 1,4 juta orang di Jalur Gaza mengungsi.

“Kami adalah orang-orang yang mencintai perdamaian dan ingin hidup damai, sama seperti negara-negara lain di dunia. Tentu semua orang di dunia bisa hidup damai. Mengapa kita harus membuat perbedaan?,” kata dia mempertanyakan.

UNICEF menghitung, lebih dari 420 anak terbunuh atau terluka di Jalur Gaza setiap hari dalam serangan kali ini. “Dampak sebenarnya dari eskalasi terbaru ini akan diukur pada kehidupan anak-anak,” kata kata Catherine Russell, direktur eksekutif UNICEF kepada Dewan Keamanan PBB.

“Di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, setidaknya 37 anak dilaporkan terbunuh. Lebih dari 30 anak-anak Israel dilaporkan terbunuh, sementara setidaknya 20 anak masih disandera di Jalur Gaza, nasib mereka tidak diketahui.

“Situasinya semakin memburuk dari waktu ke waktu,” Russell memperingatkan. “Dan jika permusuhan tidak segera berakhir, saya khawatir akan nasib anak-anak di kawasan ini.”

Dia meminta Dewan Keamanan untuk “segera” mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata. Selain itu menuntut para pihak memberikan akses kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan, dan menuntut pembebasan segera dan aman semua anak yang diculik.

Utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour mengatakan, 2,3 juta warga Palestina di Gaza mengalami penderitaan yang seharusnya tidak ditanggung oleh manusia mana pun. “Mereka dikepung dan dibom tanpa ada tempat yang aman untuk dituju,” kata dia PBB dalam pertemuan darurat mengenai situasi di Gaza.

“Berapa hari lagi Anda menunggu untuk mengatakan, ‘cukup!’? Lumpuh, tidak bertindak, tidak melaksanakan tugas Anda untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional dan menghentikan perang itu,” kata Mansour kepada anggota dewan, mendesak gencatan senjata segera.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata dengan Hamas, dan membuka lebar akses pasokan kebutuhan kemanusiaan ke Gaza. Bandelnya, Netanyahu ini bahkan menuduh ajakan gencatan senjata merupakan bagian dari “poros kejahatan” yang didukung oleh Iran.

Netanyahu menghidupkan kembali retorika ‘poros kejahatan’ dalam konferensi pers, Senin (30/10/2023), dengan mengulangi narasi pidato lama soal “poros kejahatan” oleh mantan Presiden AS George W. Bush pada 2002. Netanyahu bertanya apakah “dunia yang beradab (siap) untuk melawan orang-orang barbar,” dalam referensi tidak langsung diarahkan kepada Hamas, dan para sekutunya yang ia anggap ingin “mengantarkan dunia yang penuh dengan ketakutan dan kegelapan”.

“Ini saatnya bagi kita untuk memutuskan apakah kita bersedia berjuang demi masa depan yang penuh harapan dan janji atau menyerah pada tirani dan teror,” ujar Netanyahu dalam sebuah pengarahan kepada media di Tel Aviv, Senin (30/10/2023).

“Mereka adalah bagian dari poros kejahatan yang telah dibentuk Iran, poros teror,” katanya, seraya menambahkan bahwa mereka kelompok pejuang Hamas, adalah “musuh peradaban” dunia. Sementara itu dari pemerintahan Biden di AS berusaha lebih fokus dalam hal pengiriman bantuan.

Pemerintahan administrasi Biden tidak lagi bicara soal pengiriman pasukan ke Israel, mereka memilih untuk mengkampanyekan bantuan bagi jutaan warga Palestina. Meminta Israel membuka kembali satu jalur air tawar ke Gaza. Pihak pemerintahan Biden disebut sedang berusaha untuk memasukkan 100 truk bantuan ke Gaza melalui Mesir setiap harinya, jadi mereka mencoba untuk fokus pada hal tersebut.

Namun mengenai masalah gencatan senjata, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby beberapa jam yang lalu menegaskan bahwa sama sekali tidak ada titik terang antara AS dan Israel dalam hal ini.

AS tidak percaya bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas saat ini merupakan “jawaban yang tepat”, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.

Pengunjuk rasa Palestina memegang poster dan meneriakkan slogan-slogan anti Israel selama demonstrasi solidaritas dengan Jalur Gaza, di kota Ramallah, Tepi Barat, Jumat, 27 Oktober 2023. – (Nasser Nasser/AP Photo)

Pejabat tersebut ditanya dalam sebuah briefing di Gedung Putih mengenai posisi AS dalam gencatan senjata, setelah AS memberikan suara menentang resolusi Majelis Umum PBB yang menyerukan jeda kemanusiaan pada hari Jumat lalu.

“Kami tidak tahu apakah gencatan senjata adalah jawaban yang tepat untuk saat ini,” kata Kirby. “Kami percaya bahwa gencatan senjata saat ini bisa menguntungkan Hamas, dan warga Gaza. Tapi Hamas adalah satu-satunya pihak yang akan diuntungkan dengan hal tersebut saat ini.”

Kirby mengatakan bahwa alih-alih gencatan senjata, pemerintah AS mendorong “jeda kemanusiaan sementara dan terlokalisasi untuk bantuan, dan bagi orang-orang untuk keluar”.

Profesor sosiologi politik Arab Saudi di Universitas King Saud di Riyadh, Dr. Khaled Al-Dakhil, mengatakan dunia harus menerima kenyataan bahwa “Israel memaksakan kebijakannya dengan cara Nazi.” Hal tersebut disampaikannya dengan tulisan melalui media sosial X.

“Israel memaksakan perang, membunuh dan menyita tanah, untuk membangun permukiman dan menggusur penduduk asli. Orang-orang Palestina telah mengakuinya (Israel) sementara (Israel) menolak untuk mengakui mereka. Itu menolak perdamaian. Siapa pun yang keberatan dituduh anti-Semitisme. Mereka membawa Nazisme bersama mereka dari Jerman. Mereka dan Nazisme mereka harus dihadapi,” tulis Al-Dakhil dilansir dari Middle East Monitor, Selasa (31/10/2023).

Al-Dakhil keras mengkritik serangan para pemimpin Israel terhadap Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, karena mengatakan bahwa “serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa,” serta Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Dia menekankan bahwa Israel tidak akan berani mengambil posisi seperti itu tanpa dukungan Amerika dan Barat. “Perasaan para pemimpin Israel bahwa mereka mengendalikan keseimbangan kekuasaan di wilayah tersebut jelas dan dengan dukungan Amerika dan Eropa tanpa syarat. Orang-orang Arab harus menetralisir ini,” tulis Al-Dakhil.

Sumber: republika.id

Informasi dan kerjasama bisa dikirim via e-mail: [email protected]

Rekomendasi untuk Anda:
%d blogger menyukai ini: