Langkatoday.com – Esensi kampus saat ini menjadi pusat pendidikan yang dianggap sebagai Intermediate Line menuju suatu komoditas ekonomis dalam mencapai kesejahteraan sosial di kehidupan lebih terorganisir secara rasionalism dan empirism.
Kampus tidak semata-mata menjadi tempat mengenyam pendidikan lebih tinggi, tapi bagaiamana mahasiswa dibenturkan dengan beragam polemik, seperti isu-isu kenegaraan, sosial, kebudayaan, dan keagamaan.
Hal itu tidak lain untuk mempertajam analisis thinking dan problem solving mahasiswa.
Kampus merupakan Country Miniature atau semacam World Library, di mana di dalamnya kita bisa memilih dan memilah beragam studi keilmuan yang digemari, tanpa adanya intervensi moral secara personal, demi kebebesan eksplorasi para mahasiswa.
Studi keilmuan dan pengalaman dapat menjadi main capital (modal utama) untuk membangun mindset (kerangka berpikir) yang akan menimbulkan privilege di masa depan, tidak terkecuali dengan ilmu astronomi Islam.
Praktik dan kajian astronomi Islam sudah ada sejak lama di Indonesia yang diawali ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, sebab ilmu ini memiliki peranan penting dalam mengatur kemaslahatan waktu-waktu ibadah umat Islam baik itu madha maupun ghairu madha.
Oleh karenanya, keilmuan tersebut, kemudian menjalar ke Perguruan Tinggi Kampus Islam.
Kampus Peradaban
Peranan kampus Islam tentunya menjadi central utama yang mengkaji studi astronomi Islam, salah satunya adalah kampus peradaban Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar atau biasanya disingkat UIN Alauddin Makassar.
UIN Alauddin Makassar merupakan salah satu kampus Islam terbesar di Indonesia Timur yang terakreditasi A dengan segudang prestasi akademik secara nasional dan global.
Secara Nasional UIN Alauddin Makassar menempati peringkat ke-tujuh sebagai PTKIN Terbaik di Indonesia dan secara global memiliki peringkat ke-5370 periode Januari 2023 versi Webometrics.
Baru-baru juga meraih Kinerja BLU terbaik kategori PTKIN dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia Tahun 2023.
Perolehan prestasi tersebut, tidak luput dari pemegang nakhoda kapal utama, yaitu bapak Prof DmHamdan Juhannis sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar serta usaha dari segenap Civitas Akademika kampus.
Poros Pendidikan Astronomi Islam
Berbicara tentang UIN Alauddin Makassar, tentunya memiliki bidang kajian Astronomi Islam yaitu program studi Ilmu Falak yang berada dalam naungan Fakultas Syari’ah dan Hukum.
Prodi Ilmu Falak sudah ada sejak tujuh tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2016 dan telah memperoleh rakreditasi B, juga bukan sebuah kebetulan saya adalah jebolan pertama dari jurusan tercinta ini.
Kebanyakan orang, ketika mendengar kata ilmu falak pasti merasa asing, wajar saja, kata ilmu falak berasal dari bahasa Arab yang dikenal luas dengan sebutan astronomi Islam.
Ilmu Falak memiliki 4 kajian utama, yaitu awal bulan kamariyah (penanggalan Hijriah), arah kiblat, waktu shalat, dan gerhana. Lebih tepatnya ilmu ini memperlajari tentang benda-benda langit, seperti bintang, matahari, dan bulan untuk mengetahui waktu-waktu ibadah umat muslim di dunia.
Terobosan dan gerakan baru telah banyak disyiarkan prodi Ilmu Falak, seperti di tahun 2017 mengadakan pelatihan arah kiblat berbasis modern khususnya untuk Kementerian Agama Kabupaten/Kota se-Provinsi Sulawesi Selatan.
Tidak hanya itu, prodi ilmu falak juga kerap melakukan pengabdian masyarakat khususnya dalam proses pengukuran arah kiblat masjid di Sulawesi Selatan dan penyusunan jadwal imsakiyah Ramadhan tiap tahunnya bersama bidang Hisab-Rukyat yang ada di Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan.
Beragam MOU (Memorandum of Understanding) juga telah banyak dilakukan bersama antar lembaga dan universitas nasional dan global, seperti di Universiti Sains Islam Malaysia, Malaysia Islamic Astronomy Society, dan melakukan praktik penguatan kerja di Balai Cerap Telok Kemang Malaysia.
Adapun MOU di tingkat nasional, seperti UIN Walisongo Semarang, UIN Sunan Ampel Surabaya, BMKG Kota Makassar, dan seluruh Kementeria Agama yang ada di Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2022 tepatnya September, program studi ilmu falak UIN Alauddin Makassar di bawah kepemimpinan Dr Fatmawati, telah meluncurkan gebrakan baru, yaitu menghadirikan Planetarium El-Hilal di UIN Alauddin Makassar.
Guna dibuatnya planetarium tersebut dengan tujuan menjadi destinasi dan edukasi astro-wisata akademik, untuk memperkenalkan pengetahuan dan pendidikan astronomi islam di Indonesia timur.
Prestasi akademik tersebut membuktikan, bahwa UIN Alauddin Makassar dapat dikatakan sebagai poros pendidikan astronomi Islam di Indonesia Timur.
Untuk merawatnya, diperlukan Iptek dan tantangan zaman yang terus berkembang, sehingga membuat kampus ini patut menjadi role model dikalangan kampus Islam di bagian Timur.
Para pendidik dan anak didik astronomi Islam membutuhkan literasi pendidikan yang kolaboratif, efektif, dan massif.
Allah SWT telah berfirman dalam QS. Yunus:10/5 yang artinya “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.
Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui”, ini menjadi bukti, bahwa pendidikan ilmu falak (astronomi Islam) adalah salah satu ilmu yang dikaruniai dan diridhai oleh Allah SWT.
Saya percaya, gagasan dan ide tidak akan lahir tanpa sebuah pengeskplorasian yang besar disertai sikap mulia dan keteguhan hati yang kuat. Mengutip dari Dr Fatmawati
“Kampus tidak boleh menjadi menara gading, kampus haruslah menjadi menara air yang terus mengalir untuk kemajuan bangsa”. Nun, wa al-Qalam, wa Ma Yasthurun, Wa an-najm Idwa Hawa. (*)