6 Rumus Bahagia Ala Ibnu Qadhib

LANGKATODAY.COM – Sebuah pencarian Rasa itu sering diburu oleh makhluk yang bernama manusia. Tentu, itu tentu tidak mudah. Banyak juga yang telah memberikan tips-tips bagaimana untuk mencapainya. Namun apakah kemudian itu berhasil bila diterapkan oleh setiap manusia ? jawabnya, belum tentu.

Kebutuhan akan kebahagiaan ini, tentu tidak dapat dilepaskan dari kedalaman pemahaman akan spiritual manusia. Apabila terdapat salah satu darinya yang lebih condong (duniwai), maka dipastikan akan mengalami kegelisahan.

Islam merupakan agama yang sangat komplek, didalamnya terdapat nilai-nilai yang juga mengatur hal-hal tersebut. Terdapat beberapa ulama, salah satunya Ibnu Qadhib yang telah berusahan membagikan tips-tips agar manusia mendapatkan rasa kebahagiaan tersebut, dan tentu semua itu mendasarkan pada sumber primer Islam yakni Al-Qur’an dan As-sunnah.

Ibnu Qadhib merupakan seorang ulama asal Irak. Nama aslinya adalah Sayyid Abdullah Ibn Sayyid Muhammad Al-Hijaz. Ia meninggal terbunuh akibat adanya konflik di Negaranya, kalau tidak salah pada kisaran 1096 Hijriyah.

Qadhib adalah salah satu murid Abdul Qadir Jailani. Dalam kehidupannya, ia memiliki perhatian pada fenome keseriusan atas gejala umum yang dirasakan oleh umat yaitu menyoal tentang kebahagiaan.

Dalam bukunya “Buku Saku: Rahasia Kebahagiaan” Qadhib memberikan 6 (enam) rumus.

Pertama, Yakin Kepada Allah

Sebagai hamba Allah, manusia diperintahkan untuk terus menjaga ketakwaan disetiap menjalani aktivitas kehidupan. Pemberian Allah kepada manusia, itu sudah secara pasti wujud keadilan dari-Nya. Namun, ini sering disalah pamahi, dan akhirnya menjadi sebab rasa bahagia tidak mampir dalam diri manusia, padahal di dalam Al-qur’an telah difirmankan dalam (Q.S. Al-Talaq:3): Artinya :”Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, pasti Dia mencukupinya”. Diriwayatkan juga sebuah Hadist Nabi, berbunyi :”Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan benar, tentu dia memberikan rezeki kepada kalian seperti diberikan kepada burung. Pagi hari burung itu keluar dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang”. (H.R. Ahmad).

Kedua, Prasangka baik kepada Allah

Meski Allah telah memberikan sebuah cobaan yang berakibat hadirnya kesedihan, kerisauan dan ketidaktenangan, janganlah berprasangkan buruk kepada-Nya. Berfikirlah bahwa itu merupakan wujud kasih sayang Allah kepada hambanya. Berprasangka semacam itu akan mengalihkan pada rasa kebahagiaan.

Ketiga, Sabar

Senjata yang mungkin pamungkis adalah sabar. Sikap ini menghantarkan manusia pada kejernihan hati dan pikir. Manusia yang sabar akan sangat jauh dengan kata mengeluh. Hal ini seperti pada Firman Allah (Q.S. Al-baqarah:155) Artinya: “Berikanlah berita gembira kepada orang yang sabar, yaitu ketika orang ditimpa musibah mereka mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi rajiu’un”.

Keempat, Menunjukka Sikap Papa dan Lemah

Sebagai hamba Allah. Merasa bahwa diri sebagai hamba yang lemah merupakan bentuk dari ketundukkan manusia terhadap-Nya. Sebab, ketika kesombongan hanyalah milik Allah semata. Manusia tidak berhak sedikitpun memiliki kesombongan dalam dirinya. Hal ini dikarenakan akan menutup cahaya hati untuk mencapai pada tahap kebahagiaan.

Kelima, Melihat Musibah yang Lebih Besar

Setiap manusia sepertinya tidak akan dapat terlepas dengan musibah. Musibah ini, tentu memiliki cara penerimaan yang berbeda-beda. Dan, sesuai dengan pemahan akan keagamaan. Dalam hal ini, manusia disuruh untuk berfikir bahwa musibah yang sedang menimpa dirinya merupakan hal yang kecil dibandingkan dengan nikmat yang telah diberikan dari-Nya. Pikiran seperti ini, agar dapat menepis anggapan yang negative dari manusia untuk-Nya. Sehingga, dapat menjadi penenang dan tetap akan berada pada kebahagiaan.

Keenam, Setia Menanti Jalan Keluar

Berbicara masalah, ia akan terikat oleh ruang dan waktu. Namun, manusia tidak berhasil mengetahui kapan akan berakhir. Dalam hal ini, manusia diperintahkan untuk tetap berusaha dan meyakini bahwa jalan keluar akan ditemuinya. Dan, tentu itu datang dari-Nya. hal seperti ini, hendaknya dilakukan secara berkesadaran, sehingga dapat menepis bisikan yang nantinya akan merusak kebahagiaan.

Formula-formula diatas tersebut merupakan solusi yang diberikan oleh Ibnu Qadhib untuk menepis kegelisahan, kebencian, kesedihan dll. Penepisan tersebut agar manusia tetap merasa bahagia atas apa yang sedang dialaminya.

———
Penulis

Dadang Wiratama
Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam Universitas Airlangga

Informasi dan kerjasama bisa dikirim via e-mail: [email protected]

Bacaan Lainnya: