1 Tahun Perang Rusia-Ukraina, Pelajaran Apa yang Bisa Kita Ambil?

Foto: Longform/ Perangnya di Ukraina, Korbannya Sedunia/ Edward Ricardo

Langkatoday.com – Perang Rusia versus Ukraina sudah berlangsung nyaris setahun sejak 24 Februari 2022 yang lalu. Sejak saat itu pula, Rusia tak pernah berhenti melakukan agresi ke negara yang pernah menjadi bagian dari negeri Beruang Merah itu pada era Uni Sovyet dulu. Rusia seperti tak kehabisan amunisi di arsenalnya. Sementara Ukraina seperti tidak kehabisan semangat dan bantuan dalam mempertahankan negerinya.

Bagi kita masyarakat Indonesia tentunya kejadian ini mengandung pelajaran dan juga hikmah yang luar biasa. Di tengah situasi global yang makin tidak menentu seperti sekarang, bukan tidak mungkin konflik akan bergeser ke kawasan lain. Mengingat konflik kepentingan yang didasarkan kebutuhan dan juga ideologi makin menguat.

Dalam menyikapi hal tersebut, tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai pelajaran. Utamanya adalah pelajaran bernegara terkhusus mempertahankan kedaulatan negara dalam menghadapi setiap ancaman yang datang. Karena ancaman yang ada sekarang semakin kompleks.

Berikut beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kejadian perang Rusia versus Ukraina:

Perang Bisa Melibatkan Banyak Pihak dan Banyak Sektor

Di permukaan, perang Rusia vs Ukraina memang tampak terkesan sebagai perang yang hanya memperebutkan wilayah yang pemainnya hanya dua negara. Namun hal yang harus dicermati juga berapa banyak pihak yang terlibat di balik layar dalam arena perang kali ini. Ukraina yang diserang Rusia, secara jumlah personel dan pasukan jelas kalah dari pihak Rusia, namun sampai hari ini Ukraina masih mampu mempertahankan diri bahkan bisa membalas serangan dari Rusia.

Ternyata Ukraina mendapat banyak dukungan seperti pasokan senjata maupun pasukan dari pihak luar negaranya. Sejauh ini, pihak barat seperti Amerika, Jerman, Italia dan negara NATO lainnya memberikan banyak sumbangan senjata maupun pasukan. Hal inilah yang membuat Ukraina bisa bertahan menghadapi kemampuan militer Rusia.

Bukan hanya itu saja, tentara bayaran dari beberapa negara seperti Korea Selatan, Brazil, Belarusia, Australia juga turut berperang di pihak Ukraina sebagai Legiun Internasional. Belum lagi pihak lain yang mengklaim dirinya sebagai relawan untuk ikut membela Ukraina.

Tak cuma di bidang militer, perang bahkan merambat ke berbagai sektor. Para pendukung Ukraina kompak melancarkan sanksi ke Rusia seperti di bidang ekonomi, olahraga, energi. Bahkan tim sepakbola Rusia dicoret dari panggung Internasional sebagai salah satu bentuk tekanan ke Rusia agar menghentikan agresinya.

Banyaknya pihak yang melibatkan diri di palagan Ukraina ini tentu menarik minat kita. Berapa banyak pihak yang memiliki kepentingan dan ingin menarik untung jelas menjadi topik utama bagi para pencari berita. Perang melahirkan krisis yang bisa menjadi kesempatan bagi para pencari keuntungan, dan juga menjadi jurang bagi yang menderita kerugian. Rusia yang notabene butuh dana besar untuk menggerakkan amunisi dan juga pasukannya tentu butuh keuntungan untuk mendanai perang. Begitu juga pihak pendukung di sisi Ukraina yang tentu punya kepentingan dan motif yang masih dalam lingkup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Pertahanan dari Warga Negara adalah suatu Keharusan

Melihat betapa gigihnya pasukan Ukraina dalam mempertahankan tanah airnya adalah contoh terbaik mempertahankan Negara dari pelaku agresi. Bukan hanya itu, warga sipil Ukraina juga ikut terjun ke gelanggang perang. Hal ini tidaklah mengherankan mengapa warga sipil berani turun ke medan perang sebab pemberlakuan wajib militer oleh Ukraina terhadap warga negaranya.

Tahun 2013, Ukraina sempat menghapuskan wajib militer bagi warga negaranya. Namun pada 2014 kebijakan ini kembali diberlakukan saat Ukraina sedang dilanda krisis Krimea. Dengan pemberlakuan wajib militer ini maka Ukraina memiliki komponen cadangan untuk militernya.

Melalui wajib militer ini, Ukraina diuntungkan sebab warga negaranya telah terlatih dari segi penggunaan senjata, memiliki pengetahuan dasar tentang militer, serta memahami tentang konsep pertahanan negara. Sehingga rakyat tidak kaget lagi jika harus menggunakan senjata ataupun memahami taktik ataupun operasi militer. Jadi meski tidak diturunkan ke garis depan peperangan, warga sipil yang sudah melewati wajib militer bisa melakukan perlindungan terhadap para lansia, melakukan evakuasi, perlindungan terhadap situs nasional ataupun wilayah tertentu yang menjadi tempat perlindungan.

Inilah yang menjadi kekuatan tambahan bagi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Dengan terlibatnya warga Negara dalam upaya pertahanan Negara, terlebih lagi sudah terlatih dalam hal kemiliteran dapat menambah daya dukungan bagi pertahanan. Dengan demikian tentara bisa lebih fokus dalam menghadapi pertempuran di garis depan.

Negara kita memang dulu pernah diperjuangkan oleh seluruh elemen bangsa mulai dari tentara sampai rakyat biasa. Namun dimasa kini, pengetahuan tentang dasar kemiliteran bagi warga sipil biasa bisa sangat diperlukan guna menghadapi tantangan konflik yang semakin berkembang dan bisa sewaktu-waktu terjadi.

Unggul dalam Bidang Militer bukan Jaminan Menang Perang dengan Mudah

Mari kita lihat perbandingan kekuatan militer Rusia dengan Ukraina. Global Fire Power menempatkan Rusia di ranking 2 Dunia soal urusan militer, sementara Ukraina ada di ranking 15. Dari segi jumlah pasukan, komponen cadangan, senjata dan juga teknologi Ukraina kalah jauh dari Rusia. Tapi hal itu justru tidak jadi faktor utama yang membuat kemenangan Rusia menjadi mudah di medan perang. Rusia bahkan sudah menurunkan beberapa senjata terbaiknya seperti barisan tank seri Armata yang terkenal, jet Tempur Sukhoi dan Mikoyan, hingga peluru kendali tercanggih.

Rusia memang unggul dalam hal menggelar pasukannya dan juga persenjataannya yang sangat besar. Tapi koordinasi dan pemanfaatannya yang dinilai masih bermasalah oleh beberapa pengamat. Rusia memang bisa menyerang Ukraina dengan serangan kilat dan bisa menyerang titik vital milik Ukraina, tapi mereka belum bisa menguasai sepenuhnya wilayah yang ingin dicaplok.

Bisa jadi Rusia belum memahami wilayah Ukraina dengan baik dan juga rencana mengantisipasi pergerakan tentara Ukraina jika seandainya mereka menyerang. Ini juga menjadi pelajaran penting bagi kita dalam mobilitas dan koordinasi dalam perang yang bisa menjadi poin kunci pertahanan. Mungkin Rusia juga masih menahan diri untuk tidak melakukan serangan besar-besaran yang tentunya membutuhkan dana dan senjata yang amat besar. Penggunaan senjata utamanya saat ini bisa jadi hanya sebuah upaya Rusia untuk menunjukkan kekuatan yang dimilikinya agar musuh tidak macam-macam dan waspada terhadap kekuatan yang mereka miliki.

Sejauh ini Ukraina memainkan peran dengan cukup baik di tengah segala kekurangan mereka. Minim senjata dan sumber daya bukan alasan bagi mereka untuk menyerah begitu saja. Mereka tetap memanfaatkan senjata dan sumber daya apapun yang dimiliki untuk mempertahankan tanah airnya. Mirip dengan bangsa kita yang memanfaatkan bambu runcing sebagai senjata di perjuangan kemerdekaan masa lalu.

Nah itu dia beberapa pelajaran penting tentang mempertahankan tanah air dari perang Rusia dan Ukraina yang terjadi saat ini. Kita semua berharap semoga perang segera berakhir dan dunia kembali damai.

Calon ASN Kab. Aceh Tamiang

Bacaan Lainnya: