HUT Langkat Ke 275 Tahun, Negeri Bertuah atau Negeri Koruptor?
Oleh: M. Darwis Sinulingga
Wartawan Senior Kabupaten Langkat
STABAT (Langkatoday) - Langkat, sebuah Kabupaten dengan sejarah panjang yang mewarisi gelar "negeri bertuah" kini terancam kehilangan martabatnya. Dalam ingar-bingar perayaan hari jadinya yang ke-275, bayangan gelap korupsi kembali menodai lembaran sejarahnya.
Puluhan pejabat telah ditangkap, ratusan juta uang rakyat digelapkan, dan sistem birokrasi terus terjebak dalam lingkaran loyalitas buta yang mengorbankan moralitas. Pertanyaannya, masih pantaskah Langkat menyandang predikat negeri bertuah jika korupsi, ketidakadilan, dan penyakit masyarakat terus menjamur?
Apakah para tokoh yang semestinya menjadi teladan kini justru menjadi bagian dari masalah? Saat kita menoleh pada sejarah dan menatap masa depan, jawabannya harus ditemukan bersama, sebelum Langkat kehilangan berkahnya untuk selamanya.
Kabupaten Langkat, daerah dengan sejarah panjang dan kekayaan alam yang melimpah, kini berada dalam fase penuh tantangan. Pemilihan kepala daerah pada 27 November 2024 lalu menjadi momen krusial bagi masyarakat untuk menentukan arah baru. Namun, perjalanan menuju dan pasca-pemilu ini justru diwarnai berbagai prahara yang mengguncang kepercayaan publik.
Hari jadi Kabupaten Langkat yang ke-275 pada 17 Januari 2025 seharusnya menjadi tonggak kebanggaan. Ratusan tenda putih abu-abu berjajar di lapangan Alun-Alun Stabat, dirancang untuk menampilkan produk lokal sebagai simbol kreativitas masyarakat. Namun, hujan yang turun tanpa henti mengubah lapangan menjadi genangan air, menyisakan nuansa kelabu di tengah perayaan.
Sayangnya, hujan ini seakan mencerminkan persoalan yang lebih besar: bagaimana Langkat terus diterpa badai korupsi dan lemahnya tata kelola pemerintahan. Kasus dugaan korupsi seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) hanyalah salah satu dari rangkaian panjang kasus serupa.
Lima tersangka telah ditetapkan, termasuk Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Langkat. Tidak berhenti di sana, Kejaksaan Negeri Langkat juga menahan Wakil Bendahara KONI atas dugaan korupsi dana tahun 2021-2023 dengan kerugian hampir Rp700 juta.
Ironisnya, kasus ini bukan yang pertama. Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan pejabat di Langkat telah ditangkap karena korupsi. Pertanyaannya: masih bertuahkah negeri ini? Masih religiuskah para tokohnya? Korupsi dan penyakit masyarakat yang menjamur di sana-sini membuat kita merenung, masih yakinkah kita bahwa berkah dari Yang Kuasa masih akan turun untuk Langkat?
Para pelaku korupsi bukanlah orang-orang tanpa pendidikan. Mereka adalah individu pintar yang seharusnya memahami etika dan moral. Namun, mereka terjebak dalam sistem yang mungkin mendorong mereka untuk melakukan hal salah demi loyalitas kepada atasan.
Sistem ini menciptakan budaya birokrasi yang lebih mementingkan kepatuhan daripada integritas, dan hasilnya adalah penghancuran nilai-nilai religius yang menjadi ciri khas masyarakat Langkat.
Hari jadi Langkat yang ke-275 harus menjadi momentum refleksi mendalam. Pemimpin baru Langkat tidak hanya dituntut untuk menegakkan hukum terhadap korupsi, tetapi juga membangun kembali nilai-nilai moral dan keagamaan di tengah masyarakat.
Langkah ini harus dimulai dari reformasi birokrasi yang transparan, menciptakan budaya kerja yang profesional, serta memberikan teladan kepemimpinan yang bersih dan adil.
Jika Langkat ingin tetap menjadi negeri bertuah, kita semua harus berperan aktif dalam menciptakan perubahan. Menghilangkan korupsi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat yang harus berani bersuara dan menolak praktik-praktik kotor.
Karena tanpa moralitas yang kuat, kepercayaan kepada pemimpin, dan solidaritas masyarakat, Langkat hanya akan terus terperosok dalam lubang gelap korupsi dan degradasi nilai-nilai luhur.
Masa depan Langkat ada di tangan kita semua. Masih ada harapan, tetapi harapan itu hanya akan menjadi kenyataan jika kita bersama-sama bangkit, meninggalkan budaya korupsi, dan kembali kepada nilai-nilai agama, kejujuran, serta kerja keras. Mari jadikan momen ini sebagai awal dari perubahan yang sesungguhnya, demi Langkat yang adil, bersih, dan penuh berkah. (**)