Tidak Sholat Selama 10 Tahun, Bagaimana Menggantinya? Begini Petuah Gus Baha
KH Bahauddin Nursalim |
MEDAN (Langkatoday) - Ulama muda yang terkenal dengan pemahaman fiqih dan tafsirnya yang mendalam, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha memiliki pandangan yang bijaksana tentang persoalan mengganti shalat yang ditinggalkan bertahun-tahun. Hal ini disampaikan Gus Baha dalam salah satu pengajiannya.
Gus Baha awalnya menceritakan bahwa ada seseorang yang bertanya kepadanya tentang mengqadha (mengganti) sholat. Karena, orang itu telah meninggalkan sholat selama 10 tahun.
"Ada orang tanya saya, orang gak pernah sholat sampai 10 tahun. Terus setelah taubat tanya, 'Saya wajib Qadha gak Gus?'," ujar Gus Baha dikutip dari video ceramahnya yang diunggah kanal @Ngugemidawuhmasyayikh, Selasa (17/12).
Melihat wajah orang yang bertanya itu, Gus Baha pun mempertimbangkan jawaban yang pas untuknya. Karena masih dalam proses taubat, Gus Baha memberikan jawaban yang mudah untuk dilakukan.
"Tak lihat wajahnya itu kalau diwajibkan langsung gak sholat. Akhirnya saya sebagai kiai mengakali. Ya sudah yang penting kamu sholat dulu aja lah. Gak usah tanya qadhanya," ucap Gus Baha.
Setahun kemudian, orang itu datang lagi kepada Gus Baha dan sudah mengetahui nikmatnya sholat. Orang itu pun lalu bertanya lagi, "Gus caranya qadha bagaimana?"
"(Dia) sudah gak tanya Qodha' wajib apa nggak. (Tapi bertanya) Caranya qadha gimana? Saya bilang, ya pokoknya tiap sholat kamu dua kali aja. Gak usah langsung banyak," kata Gus Baha.
Gus Baha beralasan, kalau orang itu langsung mengganti sholatnya langsung selama 10 tahun, pasti langsung menyerah untuk melaksanakannya. Jika orang itu tidak sholat selama 10 tahun, ujar Gus Baha, maka dia harus mengganti sekitar 18.000 sholat.
"Berarti kalau setiap bulan 150, 150x12 banyak. Terus kali 10 tahun. Lihat tarawih saja dia takut, apalagi (mengerjakan 18.000 itu sekaligus)," jelas Gus Baha.
Berdasarkan penjelasan Gus Baha, maka dapat dipahami bahwa cara mengqadha sholat bisa dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan fisik dan waktu seseorang, seperti menggabungkan shalat qadha dengan shalat wajib harian.
Allah tidak memberatkan hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Oleh karena itu, yang terpenting adalah niat tulus untuk memperbaiki diri, konsistensi dalam ibadah, dan memohon ampunan Allah.
Sumber: republika