Perumahan The Vajra

Erdogan WO, Pengamat: Prabowo Terlalu Menggurui Soal Dukung Palestina

Table of Contents

JAKARTA (Langkatoday) - Pengamat Timur Tengah Smith Alhadar menilai pidato Presiden Prabowo Subianto dalam forum KTT Developing Eight (D-8) yang menyerukan persatuan negara-negara Islam memang bagus. Namun, Prabowo terkesan mengurui dan abai terhadap apa yang telah dilakukan negara-negara tersebut.

"Hanya saja terkesan Prabowo menggurui dan abai bahwa sesungguhnya seluruh negara Islam, khususnya negara-negara Timur Tengah, termasuk Turki, Iran, dan Mesir, sudah cukup keras mengecam Israel," kata Smith seperti dilansir dari laman Media Indonesia, Kamis (26/12).

Bahkan, Turki menghentikan kerja sama ekonomi dengan Israel dan ikut bergabung dengan Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ).

"Sementara apa yang dilakukan RI dipandang belum seberapa ketimbang apa yang sudah dilakukan negara-negara D-8, khususnya Turki, Iran, dan Mesir. Jadi, bisa dipahami bila ada pemimpin yang tersinggung, lalu walkout," paparnya.

Smith menambahkan Iran sendiri dua kali melancarkan serangan besar ke Israel. Sementara Mesir terus berusaha meloloskan gencatan senjata Hamas-Israel.

"Prabowo sendiri (kalau saya tidak salah) tidak mengecam Israel dan hanya menyerukan persatuan negara-negara Islam," lanjutnya.

Menurutnya, Prabowo tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang perkembangan di Gaza dan apa yang telah dilakukan negara-negara di kawasan.

Mereka umumnya mengalami gejolak politik dalam negeri akibat tidak berdaya menekan Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Uni Eropa untuk segera mengakhiri genosida serta ethnic cleansing yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Dia tak memungkiri bahwa Indonesia begitu vokal membela dan mendukung Palestina di forum-forum internasional tetapi tidak berarti menampik tindakan yang telah dilakukan negara-negara Islam.

"Benar RI sudah cukup membela Palestina di forum-forum internasional, tapi tidak berarti yang dilakukan negara-negara Islam lain lebih kecil kontribusinya jika dibandingkan dengan RI. Jadi, tidak pada tempatnya Prabowo seolah menyalahkan negara D-8, khususnya Turki, Iran, dan Mesir, yang dianggap belum cukup berbuat untuk Palestina, termasuk dalam bantuan kemanusiaan," tegasnya.

Dia juga menyoroti kritikan Prabowo tentang ketiadaan solidaritas, kerja sama dan keterpecahan suara di antara sesama negara muslim.

"Harus diakui, ada agenda dan kebijakan yang agak berbeda di antara sesama negara muslim terkait cara menghadapi Israel, tapi mereka satu suara dalam mendukung Palestina," ujarnya.

"Prabowo tidak cukup peka ketika ia mengatakan kita salalu menyatakan dukungan untuk Palestina, Suriah, tapi dukungan yang seperti apa?" Pada kesempatan itu, Prabowo juga mengeritik strategi devide et impera yang masih melemahkan solidaritas antarnegara Muslim," tambahnya.

Smith mengungkapkan dalam pidatonya, Prabowo menyebut konflik internal di beberapa negara muslim menjadi contoh nyata adanya konflik internal di antara sesama. Kritik ini sepertinya mengarah pada Turki dan Iran yang berseberangan terkait Suriah.

Pasalnya, Iran mendukung rezim Bashar al-Assad, sementara Turki mendukung oposisi pimpinan HTS.

"Secara substansi Prabowo tidak salah, tapi artikulasinya tidak diplomatis dan salah tempat. Tidak seharusnya KTT D-8 dijadikan ajang salah-menyalahkan," pungkasnya. (rel/MI)

channel whastapp langkatoday