JAKARTA (Langkatoday) - Satu-satunya kunci masalah rezeki adalah tauhid. Demikian dijelaskan Ustaz Abdul Somad yang akrab disapa (UAS).
UAS menerangkan, jika orang bertauhid, saat sedang melambung tidak sombong. Saat sedang jatuh tidak murung. Karena dasarnya tauhid, semuanya dari Allah SWT.
"Saat orang bertauhid ditanya harta ini punya siapa? Dia menjawab ini semua titipan dari Allah," ujar UAS dikutip dari video di channel Youtube Ustadz Abdul Somad Official yang dunggah 9 Oktober 2024.
UAS mengungkapkan, kalau memang benar merasa semua harta itu titipan dari Allah SWT. Maka keluarkanlah hak-hak Allah yakni, zakat, infak dan sedekah.
"Maka di antara faktor penyebab yang membuat rezeki macet, karena yang memberi rezeki yakni Allah SWT dikhianati," ujar UAS.
Maksud UAS, manusia mengkhianati Allah SWT yang memberi rezeki dengan perbuatan manusia yang tidak menjalankan perintah Allah dan tidak menjauhi larangan Allah.
UAS juga menjelaskan kisah Nabi Ibrahim yang meninggalkan anak dan istrinya di Makkah yang tandus.
Ketika Nabi Ibrahim Alahissalam naik ke atas kudanya akan kembali dari Makkah ke Palestina. Tinggal di kota Makkah anaknya Nabi Ibrahim bernama Ismail bersama ibunya bernama Hajar.
Kemudian Hajar memegang ujung jubah Nabi Ibrahim. Hajar bertanya, "Apakah Allah yang menyuruh engkau meninggalkan kami di tanah yang kering dan panas ini?"
Nabi Ibraham menjawab dengan satu kata, "Ya." Nabi Ibrahim tanpa menjelaskan dengan kata-kata lain seperti menyuruh sabar dan lain sebagainya.
"Kalau begitu Dia (Allah) tidak akan menyia-nyiakan kami," ujar Hajar menjawab Nabi Ibrahim yang akan pergi ke Palestina.
"Wahai Ibrahim, silahkan pergi karena yang meninggalkan kami ini (yakni Ibrahim) adalah pencari rezeki, sedangkan yang menemani kami di sini adalah pemberi rezeki (yakni Allah)," kata Hajar.
UAS menerangkan, jadi kuncinya adalah iman dan takwa. Percaya atau iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Nabi dan Rasul, Kiamat, takdir baik serta buruk.
"Kalau sudah percaya kepada Allah, ada efeknya, kalau sudah percaya kepada Allah maka tidak zina, tidak riba, tidak namimah (mengadu domba), tidak mabuk," ujar UAS.
UAS menjelaskan, lantas bagaimana jika orang percaya kepada Allah tapi masih mabuk dan zina. Bisa jadi orang itu kafir atau munafik. Orang munafik itu jika bertemu dengan orang beriman mengaku beriman. Jika bertemu dengan orang kafir mengaku satu kelompok.
"Jadi coba seimbangkan iman dan akidah, lalu efeknya kepada perbuatan, perbuatan itu adalah amal sholeh, ketakwaan kepada Allah SWT," jelas UAS.
UAS juga menjelaskan bahwa manusia itu sendiri yang mengubah rezekinya. Kemudian UAS mengutip Surat Al-Anfal Ayat 53.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Anfal Ayat 53)
"Sudah ditetapkan Allah untuk si hamba itu 300, tapi karena perbuatannya (si hamba itu), maka Allah mengubah rezekinya, menganggap si hamba itu tidak laiak dapat 300, hanya laiak dapat 100," kata UAS menjelaskan dan menganalogikan Surat Al-Anfal Ayat 53.
UAS mengatakan, Allah mencabut rezeki manusia karena perbuatan manusia itu sendiri. Manusia sendiri yang mengubah nikmat dari Allah SWT.
"Jadi jangan mengatakan Allah kejam, jangan mengatakan Allah tega, kita sendiri yang membuat nikmat Allah itu menjadi berubah dan berkurang karena perbuatan kita tidak sesuai dengan perintah Allah SWT," ujar UAS.
0Comments