JAKARTA (Langkatoday) - Terjadi kecelakaan beruntun di KM 92 tol Cipularang sore ini (11/11) yang melibatkan 17 kendaraan dan menimbulkan korban jiwa satu orang meninggal. Menurut keterangan polisi, kecelakaan itu dipicu oleh insiden truk yang mengalami rem blong.
"Jadi ada truk yang membawa muatan cukup berat remnya blong sehingga menabrak kendaraan di depannya, jadi terjadi kecelakaan beruntun," ujar Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Jules Abraham Abass, kepada wartawan, Senin (11/11).
Praktisi Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu pernah menjelaskan terkait 'angkernya' ruas tol Cipularang arah Jakarta dari KM 90 sampai KM 100.
Ruas tol tersebut angker lantaran kerap terjadi kecelakaan melibatkan sejumlah besar kendaraan. Kata Jusri, itu terjadi karena kondisi jalanan yang menurun.
"Sehingga membuat beban kerja rem itu akan lebih berat daripada kondisi-kondisi di permukaan datar. Lebih-lebih kalau kendaraan tersebut adalah angkutan barang ataupun angkutan penumpang. Artinya, semakin berat bobot kendaraan, semakin berat beban kerja rem," ujar Jusri dikutip dari lama detikcom.
Jusri menambahkan, handicap atau rintangan di tol Cipularang KM 90-100 arah Jakarta adalah jalanan menurun dengan gaya momentum yang kerap jadi pemicu mobil hilang kendali. Ditambah penanganan sopir yang salah, kecelakaan bisa tak terhindarkan.
"Bisa diawali kemampuan rem menyusut atau kemampuan shock asbsorber berkurang sehingga mobil kadang-kadang ketika menikung ada bodyroll tinggi, kadang-kadang ini membuat kendaraan hilang kendali. Belum lagi cengkeraman ban akan menurun seiring perpindahan bobot dari belakang ke depan (saat turunan), sehingga bobot kendaraan bertumpu pada roda depan. Saat pengereman darurat, kadang-kadang bisa membuat roda belakang terkunci, karena nggak ada beban (beban kendaraan ditransfer ke depan saat turunan), akibatnya sering mobil melintir atau oversteer. Bagi orang yang nggak sadar itu kaget, dia malah ngerem habis," jelas Jusri lagi.
Jusri menambahkan, saat jalanan terus menurun, komponen kendaraan bakal mengalami penyusutan kinerja. Termasuk potensi gejala brake fading, atau penyusutan kinerja rem, hingga rem jadi blong.
"Kalau kita bicara penyebab langsung, pengemudinya tidak memahami atau tidak memiliki pemahaman bagaimana mengendarai kendaraan di daerah berbukit. Sehingga cara pengereman mereka hanya mengandalkan service brake, atau rem kaki. Sehingga ketika dia mengandalkan service brake saja, maka akibatnya konstruksi rem mulai teromol, piringan atau sepatu rem itu akan mengalami suhu panas berlebih. Ini akibat pengemudi yang terlalu over menggunakan rem kaki terus menerus. Akibatnya kemampuan rem akan menyusut. Maka jarak pengereman akan jauh, bahkan kendaraan hilang kendali," ungkap Jusri.
Kecelakaan beruntun yang terjadi di KM 92 tol Cipularang sore ini memang bukan kali pertama terjadi. Kilas balik ke tahun 2022, ketika itu juga terjadi kecelakaan besar yang juga melibatkan 17 kendaraan. Kecelakaan yang terjadi pada Juni 2022 itu dipicu bus yang mengalami rem blong. (rel/detik)
0Comments