BSC0GUG0GUG9GUM0BSO7GpM5BY==
Light Dark
Bagaimana ke Depannya, jika Kini Umat Islam Indonesia hanya 38,9% Saja yang Shalat?

Bagaimana ke Depannya, jika Kini Umat Islam Indonesia hanya 38,9% Saja yang Shalat?

Muhammad Edgar Hamas
Table of contents
×

Oleh: Edgar Hamas
Founder Gen Saladin

MEDAN (Langkatoday) - Itulah pertanyaan yang hadir tiba-tiba, setelah membaca sebuah survey tentang seberapa besar kaum muslimin yang shalat hari-hari ini di negeri kita. Angkanya pilu, ya? Tragis.

Saya terdiam beberapa saat, merenungi betapa naifnya saya jika berani membayangkan kita bisa membebaskan Al Aqsha jika keadaan kita masih begini. Alih-alih membebaskan Al Aqsha, jadi umat yang benar saja masih jauh sekali.

Maka jika ada yang bertanya kapan kemenangan datang? Kapan zion kalah? Berhentilah bertanya dan bercermin sendirilah. Sebab umat Islamnya jadi turis di agamanya sendiri. Mending kalau jadi turis, bahkan hari-hari ini banyak muslim yang mengejek agamanya sendiri. Terakhir, ada yang menganggap orang shalat 5 waktu di masjid yang sama adalah pengangguran. Udah sih ini mah. Mau berharap apa.

Untungnya, Alhamdulillah-nya, bumi masih berputar. Untungnya, hidup terus berjalan. Dan saya selalu ingat kata seorang ulama, Dr Raghib Sirjani, "Allah tidak akan membiarkan umat ini mati." Ummatun Lan Tamuut. Kalau bukan karena kasih sayang Allah, mungkin kita semua sudah binasa.

Kabar baiknya, perubahan selalu diinisiasi bukan oleh kebanyakan orang. "Transformation in our world never begins with the many; it always starts with a select few."

Oleh mereka orang-orang sedikit yang tetap datang mengaji menambah ilmu di saat yang lainnya bermain. Oleh orang-orang sedikit yang tetap peduli memperbaiki umat meski lawannya adalah media yang sebegitu masifnya mencuci isi kepala. Oleh orang-orang sedikit yang tetap berdakwah meski yang lain lupa.

Mereka, yang sedikit itu, jadilah kita salah satunya.

Sebab yang sedikit itu, mereka yang melakukan perubahan meski dalam keheningan, kelak Allah akan menolong umat ini mendapatkan momentumnya.

Dan, ya, mari aku dan kamu memperbaiki shalat. Sebab shalat kita dilihat anak-anak kita, diperhatikan murid-murid kita. Dan mereka adalah para penerus sujud, yang akan melengkapi narasi kebangkitan umat ini di masa depan.

Suatu hari, Malik bin Dinar rahimahullah melihat seorang lelaki yang buruk dalam shalatnya. Kemudian beliau berkata, "aku sungguh kasihan pada keluarganya..."

Seseorang bertanya, "kenapa anda kasihan pada keluarganya? Kan yang buruk shalatnya adalah orang itu?", kemudian Malik bin Dinar menjawab: "karena orang itu adalah ayah mereka, dan darinya lah anak-anaknya akan belajar shalat." (Hilyatul Auliya)

(Data survei berasal dari Indonesia Moslem Report 2019 yang diterbitkan oleh Avara Research)

0Comments

Kami hadir di WhatsApp Channel + Gabung