BSC0GUG0GUG9GUM0BSO7GpM5BY==
Light Dark
Makam di Tengah Kawasan Hutan Adat Sikundur Besitang

Makam di Tengah Kawasan Hutan Adat Sikundur Besitang

Sejarah panjang kerajaan di masa lampau tercatat dalam literasi sejarah dimana mengulas kisah empayar yang berjaya di wilayah Sumatera Timur
Table of contents
×

STABAT (Langkatoday) - Sejarah panjang kerajaan di masa lampau tercatat dalam literasi sejarah dimana mengulas kisah empayar yang berjaya di wilayah Sumatera Timur yakni kerajaan Aru yang kekuasaanya diyakini hingga ke labuhan batu.

Jejak kerajaan Aru sendiri masih misteri dimana letak pusat kerajaannya , di beberapa literasi menyebut Aru berada di Wilayah Hulu Sungai Sikundur Besitang yang berada Sipinang.

Sejarawan dan Peneliti dari Universitas Sumatera Utara Sendiri telah melakukan penelitian awal menyelusuri jejak sejarahnya yang meneliti Makam yang berada di tengah Hutan Adat Sikundur.

Makam ini terletak di Hulu Sungai Besitang, kira-kira 10 meter dari tebing sungai. Untuk menuju ke makam sikundur membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 6 jam dari Medan dan pasti membutuhkan tenaga yang ekstra.

Akses menuju Hutan Adat Sikundur dilalui melalui Desa Bukit Emas, ditempuh melalui perjalanan darat menuju Aras Napal 242 dengan menempuh jalan yang berlobang dan berdebu selanjutnya menyusuri sungai menggunakan perahu motor dengan waktu hampir dua jam menyusuri sungai Besitang yang berkelok-kelok dan penuh batu, dan dari tebing sungai mendaki sepanjang 10 meter untuk tiba di Komplek Pemakaman Sikundur.

Dalam komplek pemakaman, terdapat 4 buah makam dengan 2 makam menggunakan 4 batu nisan tipologi nisan Aceh Pipih (AP 4). Dua makam yang lain dengan batu kali, terdapat satu makam yang istimewa dilihat dari batu nisan dan ukuran panjang makam.

Pada makam ini terdapat dua batu nisan baru terbuat dari batu marmar yang dibubuhkan tulisan nama tokoh Sultan Abdullah Hood. 

Diantara dua batu nisan aceh, tembok makam dibuat segitiga dan di sudutnya diletakkan huruf A, R dan U. Satu buah makam dengan dua batu nisan aceh terletak di luar komplek makam yang berbentuk segitiga ini.

Datuk Sultan Abdulah Huda, Raja Malawa Batu Sikinang

Menurut Dr Suprayetno sejarawan dari Universitas Sumatera Utara berdasarkan kajian awalnya menyebutkan berdasarkan tipologi batu nisan dapat dsimpulkan bahwa makam keramat Sikundur sudah ada minimal sejak abad ke 13 M berdasarkan tipologi batu nisan Aceh yang juga tersebar di Kuta Rentang, Hamparan Perak, Lamreh (Aceh), Rokan (Riau), Samudera Pasai (Aceh) dan di Pahang, Malaysia.

Makam Sikundur sering dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Aru I. Makam keramat itupun dituturkan oleh H.O.K Salamuddin mantan Walikota Siantar dan Binjai adalah makam Sultan Abdullah Hood, Sultan Aru yang paling awal, makanya di lokasi inilah dipercaya sebagai Lokasi Kerajaan Aru yang paling awal.

 H. O.K. Salamuddin adalah anak Datuk Inderalana (Datuk Besitang) cucu dari Datuk Johan Pahlawan dan cicit dari Datuk Besitang pertama O.K. Sri Manjakaya Jaya.

Diyakini kemungkinan besar disebut makam itu sebagai makam Sultan Aru dan ditanamkan batu nisan baru serta dibubuhkan nama tokoh Sultan Abdullah Hood pada batu nisannya adalah berdasarkan informasi lisan dari Datuk Besitang yang pertama (O.K. Srimanjakaya Jaya). 

Informasi lisan ini menjadi dasar awal untuk melakukannya kajian arkeologis berupa makam dan sumber tertulis lainnya tentang kerajaan Aru.

Masih perlu melakukan kajian lebih mendalam di sekitar makam Sikundur terkait adanya kampung kuno yang pasti masih meninggalkan bukti bukti sejarah yang penting.

Apalagi lebih ke hulu lagi tepat di Sipinang berdasarkan informasi yang menyatakan terdapat bukti bekas tapak istana disana. Bahwa Sikundur adalah sebuah kampung kuno di Hulu Sungai Besitang dan paling tidak sudah dihuni manusia sejak abad ke 13 Masehi.

0Comments

Kami hadir di WhatsApp Channel + Gabung