STABAT (Langkatoday) - Pertunjukkan palu hakim kali ini bergema sampai ke pelosok negeri, menimbulkan suara riuh yang terus bergemuruh. Banyak yang terheran-heran dan merasa suara palu hakim kali ini bernada aneh, nada aneh ini tidak tanpa dasar tapi instrument yang mengiringi suara palu hakim tidak harmonis. Terlihat jelas ketika salah satu personil yang seperti kehilangan harmonisasi atau bahkan mungkin beliau membawa partitur yang salah pada saat pertunjukkan berlangsung.
Selain nadanya yang sumbang ternyata didalamnya terdapat lirik yang hanya pantas didengar oleh orang dewasa dan sangat fulgar. Penggalan liriknya seperti ini “tidak boleh usia 40 tahun kecuali sedang/pernah menjadi pimpinan daerah” lebih lanjut disampaikan oleh sang pencipta bahwa lirik ini muncul atas dasar bahwa pimpinan daerah merupakan sesuatu yang menginspirasi dan berprestasi. Ada harapan agar banyak anak muda terinpirasi dari lirik ini.
Begitulah sebuah pertunjukan tetap saja ada yang tidak menyukainya. Namun, kali ini diluar nalar umum dari banyaknya pendengar dan penonton pertunjukkan ini. Jika dibanding-bandingkan, maka lebih banyak yang merasa pertunjukkan ini aneh tidak memiliki dasar harmonisasi yang kuat, tidak memiliki filosopi karya yang baik dan pertunjukan yang sumbang ini mendapatkan komentar yang lebih sumbang dari para pendengar dan penonton.
Kami mewawancarai salah seorang penonton yang menyaksikan pertunjukkan ini lewat kanal live streaming di youtube secara penuh, pertunjukkan dari awal hingga akhir dengan total durasi hampir delapan jam. Kami menyimpulkan bahwa beliau ini adalah penikmat sejati.
Bayangkan saja, menikmati sebuah pertunjukkan hampir delapan jam, beliau mengomentari pertunjukkan ini dengan kalimat singkat “pertunjukkan yang sumbang ini ditanggapi dengan penuh kesumbangan pula oleh para penonton” ucap beliau.
“ini pertunjukkan yang penuh dengan improvisasi namun gagal total dan saya lebih heran kenapa ada yang mau membuat dan menikmati pertunjukkan ini” lanjutnya dengan raut wajah yang benar-benar keheranan.
Ini merupakan sebuah pertunjukkan besar yang disiarkan besar-besaran di banyak saluran baik secara digital maupun secara konvensional dan bahkan merupakan sebuah pertunjukkan yang ditunggu oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia.
Hal ini dikarenakan penyelenggara yang dianggap sangat kompeten dalam melakukan hal semacam ini sebelum-sebelumnya, lembaga yang dianggap paling mahir persoalan penyusunan lirik-lirik keadilan dan lembaga yang paling benar dalam perlakuan, namun nyatanya pertunjukkan kali ini benar-benar mengecewakan banyak pihak.
Pertunjukan ini benar-benar mengecewakan banyak pihak namun bukan berarti semua pihak kecewa, terlihat jelas ada beberapa pihak yang sangat sumringah dengan pertunjukkan ini, entah karena beliau memiliki selera yang melampaui masyarakat umum atau bahkan beliau memiliki keanehan dalam rangsangan nalarnya sehingga menganggap ini merupakan pertunjukkan yang bagus.
Oleh karenya, untuk menjawab keheranan ini, kami mewawancarai sekelompok orang dan beliau beranggapan “ini adalah pertunjukkan yang bagus, dikarenakan personilnya adalah orang tua yang perduli kepada anak-anaknya yaitu para kaum muda untuk menjadi pemimpin, ini merupakan sebuah nada inspirasi dan motivasi bagi para pemuda yang berpestasi dalam hal ini prestasi yang dimaksud ialah pernah menjadi pemimpin daerah” ungkapnya.
Ternyata benar dugaan kami, bahwa yang mengatakan pertunjukkan ini menakjubkan adalah orang-orang yang berfikir diluar nalar masyarakat umum, karena di daerah saya banyak pemimpin yang tidak mengerti nada, tidak mengerti harmonisasi.
Kedepannya kita sebagai masyarakat harus lebih bisa memiliki pertimbangan untuk menyukai grup/lembaga/wakil atau apapun yang dianggap bisa menjadi penyalur imajinasi dan inspirasi kita, jangan kita menjadi kecewa terhadap apa yang telah kita sukai sendiri.
Terbukti kali ini bahwa penyelenggara pertunjukkan yang memiliki banyak fans fanatik memiliki rekam jejak dengan penyelenggaraan pertunjukkan yang meriah dan megah tapi malah menyajikan pertunjukkan yang bernada sumbang, tidak lagi memuat lirik-lirik keadilan, menunjukkan sikap yang tidak pantas ditiru, dan tidak mencerminkan harmonisasi akal dan suara yang baik.
Penulis: Chairul Ahmad
0Comments